
Malam
Gelisah
Satu malam gelisah.
Di sini tak ada lampu
minyak seperti di rumahnya dulu ketika mati lampu. Dia memandangi lampu pijar
yang menerangi kamar kos di Sahadewa no.6 B. Kamar yang dihuninya bersama
kawannya, kawan yang sama-sama dari kota tua. Sebuah meja penuh puluhan buku
yang tak teratur terpajang di sebelah ranjang sederhana. Puluhan buku yang
berjajar tak rapi. Dia melihat koleksi bukunya dengan perasaan bangga.
Rasanya
baru kemarin aku di rumah. Kenapa aku begitu cepat ada di kamar kos ini?
Seketika dia merasa
kalut, bingung. Saat berbalik, tiba-tiba ruangan menjadi kosong. Lampu pijar
terlihat meredup. Mula-mula seperti kunang-kunang yang berpencar, kemudian
melemah. Makin melemah, dan kemudian menjelma sebuah lorong yang gelap. Panjang
dan sepi.
Keluarga.
Kampus.
HMI.
“Jalani
apa yang menjadi kata hatimu.”
Lorong itu terlihat
panjang.
Dug.
Ah, seperti ada yang
terjatuh.
Dia terjaga dari
tidurnya. Terasa tubuhnya basah oleh keringat. Padahal gerimis sendari tadi
turun tak henti-henti.
Mimpi?
Dia bangkit dari tidur
dan tercenung. Keringat membasahi wajah dan separuh bajunya.
Sekelilingnya kosong,
sepi, masih tetap dalam kamar kecil yang berantakan.
Malam
yang aneh, bisiknya.[]
Kata hati... 😊
BalasHapus