Nikahi
KOHATI mu Maka Sempurnalah HMI mu
Oleh:
Kang Aswan
“Ya Allah, sekiranya aku jatuh
cinta, sandarkanlah cintaku kepada seorang hamba (KOHATI), yang melabuhkan
cintanya kepada-Mu, agar bertambahnya kekuatan untuk lebih mencintai-Mu.”
Nikahi
KOHATI mu Maka Sempurnalah HMI mu, kata-kata ini sangat
ngetren di kalangan kader-kader HMI akhir-akhir ini. Bahkan yang seharusnya
kata, Jayalah KOHATI, Bahagia HMI
diganti dengan Bahagiakan KOHATI, Jayalah
HMI. Ya, wajar memang ketika kita berbicara HMI, maka kurang lengkap
rasanya jika tidak membahas juga tentang KOHATI. HMItanpa KOHATI bagaikan
masakan tanpa garam, bagaikan tungku yang tak berapi, bagaikan perahu yang tak
berlayar dan bagaikan aku tanpa kamu.
KOHATI adalah badan
khusus HMI yang berfungsi sebagai wadah membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Di tingkat
internal HMI, Kohati berfungsi sebagai bidang keperempuanan. Di tingkat
eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi keperempuanan. Kohati terdiri dari
Kohati PB HMI, Kohati Badko HMI, Kohati HMI Cabang, Kohati HMI Korkom, dan
Kohati HMI Komisariat.
Ada dua alasan utama
awal didirikannya KOHATI, yaitu: pertama,
secara internal; departemen keputrian yang ada waktu itu tidak mampu lagi
menampung kuantitas para kader HMI-Wati, di samping basic needs anggota tentang berbagai persoalan keperempuanan yang
kurang bisa difasilitasi oleh HMI. Departemen keputrian yang hanya berjumlah
dua orang tidak akan mampu memformulasikan dan mengimplementasikan suatu
kegiatan. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung
kepentingan Mahasiswa Islam, HMI-Wati, diharapkan secara internal, dapat
memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan
untuk terjadinya pemenuhan kebutuhan organisasi yang muncul dari basic needs anggotanya sendiri, yaitu
HMI-Wati. Kedua, secara eksternal;
bahwa di masa itu organisasi-organisasi yang ada berbuat semata-mata hanya
sebagai alat revolusi, sehingga dirasakan perlu dibuat organisasi perempuan di
tubuh HMI dalam rangka memperluas misi HMI untuk bidang pemberdayaan perempuan
untuk melakukan suatu aktifitas organisasi yang menampung basic needs sebagai mahasiswi p yang dirasakan tetap perlu dan
tidak akan pernah berakhir.
Atas pertimbangan
itulah, badan khusus Kors HMI Wati (KOHATI) yang bersifat otonom dibentuk
tanggal 17 Sebtember 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H, pada
kongres ke-8 HMI di Surakarta tanggal 10-17 September 1966.
Dalam Anggaran Rumah
Tangga (ART) HMIPasal 47, Kohati memiliki dua tugas, yaitu: pertama, Melakukan pembinaan,
pengembangan dan peningkatan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika
keperempuanan. Kedua, melakukan
advokasi terhadap isu-isu keperempuanan.
Kohati juga memili hak
dan kewenangan untuk: a) memiliki Pedoman Dasar Kohati. b) Kohati berhak untuk
mendapatkan informasi dari semua tingkatan struktur kepemimpinan HMI untuk
memudahkan Kohati menunaikan tugasnya. c) dapat melakukan kerjasama dengan
pihak luar, khususnya dalam gerakan keperempuanan.
Kohati sangatlah
penting dalam organisasi HMI. Melihat realitas saat ini secara global bangsa
kita dilanda keprihatinan yang berkepanjangan. Terkait persoalan-persoalan
sosial yang tidak kalah merajalelanya adalah kasus-kasus perempuan, seperti
masalah ekonomi dan kesejahteraan, seringkali perempuan yang menjadi korbanya. Ketidak
stabilan perekonomian menjadikan perempuan harus mampu menghadapinya agar tetap
bisa bertahan hidup.
Sebagai generasi
penerus bangsa sudah menjadi komitmen kita bersama (HMI dan KOHATI) untuk
merespon persoalan-persoalan sosial dan segala ketimpangan yang ada agar mampu
mengangkat martabat bangsa ini kembali dari keterpurukan.
Kembali kejudul tulisan
ini, berbicara tentang HMI memang tak lepas dari KOHATI. Dalam setiap
kesempatan pertemuan internal maupun eksternal, ada HMI pasti ada KOHATI. Dan tak
jarang juga benih-benih perasaan itu muncul secara tidak diduga. Perasan suka
muncul bagaikan cuaca pancaroba, tak dapat ditebak kapan hujan dan kapan tidak
hujan. Begitu pula dalam dinamika HMI.
Ada sisi positif dan
negatif ketika HMI dan KOHATI bersatu dalam ranah ta’aruf. Mengapa demikian? Ya,
dalam kehiduapn memang hanya ada dua hal tersebut positif dan negatif. Dampak positif
dari bersatunya HMI dan KOHATI dalam ranah cinta adalah mempersolid hubungan
dalam berhimpun, semangat untuk berproses dan berhimpun akan menjadi besar. Sekilas
melihat senyumannya akan menjadikan lecutan semangat yang luar biasa. Dan dampak
negatifnya adalah ketika hubungan itu sudah mengalami konflik, maka rusaklah
proses dalam berhimpun. Dua perasaan yang sedang berkonflik akan berimbas juga
dalam organisasi. Begitu kira-kira analisis sederhananya.
Manusia dan kehidupan
manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut cinta (love). Karena cinta adalah fitrahnya manusia. Dan cinta yang benar
menurut Islam ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam
untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali
imbalan yang datang dan diridhoi Allah Ta’ala.
Sebaliknya, cinta yang
tidak dilandasi rasa ketaqwaan kepada Allah Ta’ala, akan memunculkan cinta buta
(love is blind). Yakni, cinta yang
didasari kerena nafsu duniawi semata.
So,
Nikahi KOHATI mu, Maka Sempurnalah HMI mu adalah kata-kata yang berat. Tanpa konsisten,
tanpa keseriusan untuk benar-benar mau berjuang dalam satu atap, jangan
berani-berani jatuh cinta dengan KOHATI, karena KOHATI adalah perempuan
pilihan.
Singaraja,
10 Februari 2017
Penulis
lagi baper :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar