Sabtu, 11 Februari 2017

Tuhan Kecil Membunuh Tuhan Besar




Tuhan Kecil Membunuh Tuhan Besar
Oleh: Kang Aswan

Di manakah Tuhan?... Kuberi tahu kalian! Kita telah membunuhnya, kau dan aku. Kita semua adalah pembunuh.
Nietzsche, The Death of God, dalam “The Madman”

Terkesan liberal bahkan radikal. Dan dianggap tak waras mungkin. Tapi inilah kenyataanya. Banyak tuhan-tuhan kecil telah membunuh Tuhan Besar. Jangan berpikir kalau Tuhan Besar bisa terbunuh. Tuhan Besar tidak mungkin terbunuh. Maksud dari terbunuh adalah terlupakan, tercampakan, tak dipatuhi, tak ditaati, didurhakai, didustakan, dilecehkan.

Seperti tulisan Friedrich Nietzsche (1844-1900) Si Pembunuh Tuhan, penulis dan filsuf besar Jerman yang mempengaruhi banyak penulis dan filsuf besar abad ke-20. “Tuhan sudah mati” tidak boleh ditanggapi secara harfiah, Nietzsche mengatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral atau teologi.

Kematian Tuhan, kata Nietzsche, akan membawa bukan hanya kepada penolakan terhadap keyakinan kosmis atau tatanan fisik tetapi juga kepada penolakan terhadap nilai-nilai mutlak itu sendiri.
Timbul pertanyaan, adakah Tuhan selain Tuhan Besar?

Perumusan kalimat Persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tidak ada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan “tidak ada Tuhan” meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan “selain Allah” memperkecualikan satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusisa membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk kepada Ukuran Kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai. Ada tuhan kecil dan ada Tuhan Besar.

Di abad ke-21 ini perubahan memang sangat cepat. Multi-dimensi. Tak dapat ditebak, tak dapat direka dan tak dapat dicipta. Seakan-akan manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan Besar dalam setiap hembusan nafasnya. Tuhan Besar kian lama kian terasa jauh dari jangkauan manusia. Manusia terlalu sibuk. Manusia terlalu banyak alibi. Manusia terlalu asyik dengan tuhan kecil. Seakan-akan tuhan kecil membunuh Tuhan Besar.

Teknologi. Ya, teknologi adalah tuhan kecil. Pada beberapa dekade terakhir ini memang telah menunjukkan perkembangan teknologi yang amat cepat. Kurun waktu antara teori dan penerapan terasa semakin pendek. Kemajuan teknologi memang telah terbukti banyak membantu mengangkat manusia dari kesulitan dan kemiskinan. Namun teknologi juga membawa kehancuran moral.

Francis Scheffer mengatakan bahwa dua hal yang menandai era saat ini adalah ledakan ilmu dan teknologi serta kehancuran moral. Menurutnya, bukanlah suatu hal kebetulan bila dua hal tersebut terjadi secara simultan. Dua hal tersebut saling berkaitan. Perkembangan teknologi sering mengubah nilai moral manusia dan masyarakat secara drastis. Perkembangan teknologi akan terus berlangsung dan dampaknya tidak mungkin di bendung.

Kekaguman manusia terhadap teknologi (tuhan kecil) telah membuat manusia semakin agung dan Tuhan Besar semakin tak berarti dimata para pengagum dan penikmat hasil teknologi. Namun demikian tetap harus dicatat bahwa alam semesta yang diciptakan Tuhan Besar memiliki nilai, jauh di atas produk teknologi yang secanggih apapun.

Dengan kemajuan teknologi dibidang informasi  telah memungkinkan diatasinya kesulitan komunikasi manusia dan masyarakat antar kota, antar pulau, bahkan antar benua dengan produk teknologi seperti telepon, fax, komputer ataupun audiovisual.

Tetapi kemajuan beberapa produk teknologi dibidang komunikasi ini melahirkan dampak-dampak negatif terhadap masyarakat. Kehidupan moral seperti ide-ide pornografi, kekejam dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati melalui audiovisual, komputer, internet dan lain-lain secara sempurna. Kenyataan ini telah memberika model-model kriminalitas dalam masyarakat, sehingga mereka didorong melakukan hal yang sama. Sehingga bukanlah hal yang mustahil bila masyarakat memasuki “nilai-nilai” yang disesuaikan dengan teknologi yang ada.

Contoh kasus kecil yang terjadi saat ini. ketika kita bangun tidur, bukan mengucapkan syukur kepada Tuhan Besar atas diberikannya kesempatan untuk melihat dunia sekali lagi, tapi handpone-lah (tuahan kecil) yang dicari. Dibawa kemana-mana, tak pernah lupa, tak pernah jauh, dan tak akan pernah dicampakan. Apa yang diperintahnya selalu dituruti. 

Dari contoh ini bisa disimpulkan bahwa kemajuan teknologi telah dan akan terus mengubah etika kehidupan manusia dan masyarakat.

Mengenai fenomena semacam ini Rasulullah telah jauh hari mengingatkan manusia bahwa kiamat sebelum datang menghampiri jagad raya ini maka akan dinampakkan pada kita tanda-tandanya yang berupa tanda yang kecil dan juga yang besar. Dan salah satu tanda kiamat kecil menurut Rasulullah adalah banyak “Budak melahirkan Tuannya”. Seperti wanti-wanti Allah, “... ada juga di antara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan menaatinya) sebagimana mereka mencintai Allah; sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah. Dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahwa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah, dan sesungguhnya Allah Maha berat azab siksaNya, (niscaya mereka tidak melakukan kezaliman itu)”. (Surat Al-Baqarah [02] : 165).

Sulit memang ketika kita ingin sekedar menyadarkan sesuatu yang sudah menjadi candu dan menjadi suatu kebutuhan primer tak lagi sekunder apalagi tersier. Tidak bisa mencegah tapi setidaknya bisa meminimalisir fenomena tuhan kecil membunuh Tuhan Besar. 

Ilmu pengatahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran. Dengan menggunakan intelegensinya dan dengan bimbingan oleh hati nuraninya, manusia dapat menemukan kebenaran-kebenaran tanpa harus menyalahkan dan tanpa harus menuhankan tuhan kecil lantas membunuh Tuhan Besar. Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal shaleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan di atas kebenaran-kebenaran yang menyampaikannya kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Tidak hanya ilmu pengetahuan yang dapat membentengi diri dari fenomena tersebut. Manusia juga harus mempunyai iman dan taqwa. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya, yaitu taqwa. Iman dan taqwa bukan nilai yang statis dan abstrak. Nilai-nilai itu memancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan atau amal shaleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha dan kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan prikehidupan yang benar dalam berperadapan dan berbudaya.

Maka dari itu, jangan biarkan tuhan-tuhan kecil membunuh Tuhan Besar.

 Singaraja, 11 Februari 2017

Nilai-nilai Dasar Perjuangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar