Sabtu, 17 Juni 2017

MAHASISWA PARIPURNA ALAT UNTUK MEWUJUDKAN MAHASISWA AKADEMIS ORGANISATORIS


Hasil gambar untuk mahasiswa paripurna


Oleh: Diki Wahyudi*

 Mahasiswa satu-satunya gelar maha yang dimiliki oleh manusia. padahal segala gelar maha hanya dimiliki oleh tuhan seperti maha pengasih, maha penyayang, maha bijaksana dan maha mengetahui. Mahasiswa didengung-dengungkan merupakan sosok pelopor, sosok inteletual, sosok agen of chage,dan sosok iron stoke. Di masyarakat mahasiwa didengung-dengungkan menjadi harapan cemerlang bagi masa yang akan datang. Bahkan fauding father kita Ir.Soekarno mengatakan beri aku 1000 orang tua maka aku akan cabut semeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda maka aku akan goncang dunia. Ini menunjukan bahwa pemuda/mahasiswa diharapkan mampu merubah peradaban dan membanggakan bangsa.
Tapi ironisnya mahasiswa masa kini hanya sebagai beban negara, karena kebanyakan nggangur. Bahkan ada penelitian yang menyebutkan bahwa seandainya ijazah Spd dseluruh indonesia ditumpuk itu setinggi gunung bromo dan 80% merupakan pengacara alias pengangguran banyak acara, ini menunjukan ada yang sesuatu yang salah dalam ruang lingkup universitas, kenapa sarjana yang seharunya menjadi  agen ofchange dan mampu mengguncang dunia malah menjadi beban negara.
Kalo kita melihat ke dalam ruang ligkup kampus maka kita akan menjumpai beberapa tipe mahasiswa, salah satunya mahasiswa kupu-kupu(kuliah pulang, kuliah pulang) mahasiswa ini cenderung hanya mementingan IPK, hanya bergulat dalam kelas dan buku sebagai satu-satunya mencari ilmu dan tujuan cepat wisuda dan cepat kerja. Pandangan yang sangat utopis sekali, mereka kebanyakan tidak memeikirkan bahwa dunia nyata tidak semudah itu. Dalam dunia nyata perbandingan peluang lolos seleksi kerja itu 1 banding 100 coba dalam job fair di Surabaya dibutuhkan hanya 1000 tenaga kerja padahal yang mendaftar sampi 10000 orang bayangkan persaingan yang sangat sengit bukan. mahasiwa tipe ini apabila tidak diterima oleh perusahaan atau mendapat pekerjaan sesuai basic bidangnya maka ia akan merasa malu, akibatnya memilih menganggur daripada malu dibicarakan orang lain. Hal inilah yang menjadikan semakin bertambahnya pengangguran di negeri ini.
Mahasiswa tipe kedua adalah mahasiswa kura-kura (kuliah rapat-kuliah rapat), mehasiswa tipe ini rela pulang malam bahkan tidur dikampus hanya untuk membahas sebuah kegiatan. mahasiswa tipe ini cenderung menganggap bahwa ruang kelas hanya menjadi pembatas ide dan juga kreatifitas. Mereka cenderung melupakan tujuan awalnya yaitu tri dharma perguruan tinggi pertama yaitu akademisi. Maidnset mahasiswa organisatoris itu menganggap bahwa organisasi merupakan wahana atau tempat yang strategis untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu, ini dibuktikan dengan kecenderungan mereka untuk ikut dalam forum-forum diskusi, bertemu orang-orang penting, dan pengabdian terhadap masyarakat. kebanyakan mahasiswa tipe ini memiliki soft skile yang mumpuni tapi tidak diimbangi dengan kemampuan akademisnya.
Sisi negative dari mahasiswa organisatoris ini dicap sebagai MAPALA (mahasiswa paling lama) karena kecenderungan mengurusi organisasi sehingga lupa dengan kuliahnya yang mengakibatkan mehasiswa tipe ini mendekap dalam ruang universitas. Apalagi sekarang mahasiswa tipe ini dianggap hanya sebagai EO (event organizer) atau panitia pelaksana kegiatan. apalagi yang kita lihat kegiatan yang dilakukan dari tahun ketahun semakin tidak ada hubunganya dengan pendidikan seperti mendatangkan DJ (disk joky), mengundang band papan atas, color party intinya kegiatan yang tidak bermanfaat. Lebih parahnya saat ini mahasiswa organisatoris dianggap sebagai lintah darat, yang hanya bisa menyedot uang mahasiswa untuk dibuat kegiatan-kegiatan yang tidak begitu penting.
Dilema inilah yang mengakibatkan munculnya tipe mahasiwa yang ketiga, yaitu mahasiswa apatis. Mahasiswa tipe ini cenderung tidak peduli dengan akademisnya maupun dengan organisatorinya. Mereka cenderung mengikuti arus, hedonis dan semaunya sendiri. Mehasiswa tipe ini menurut filsuf jerman Martin Heidegger ini termasuk golongan das man(manusia massa) yang hanya mengikuti arus dan zaman, manusia yang seperti ini hanya akan tergulung oleh massa tanpa mampu merubah peradaban. Inilah yang akan menjadikan bangsa kita ini sebagai bangsa konsumtif bukan bangsa produktif padahal menurut Ibnu Khaldun ketika suatu peradaban sudah mencapai fase penikmat maka kehancuran peradaban itu sudah dekat. Yang dibutuhkan bangsa ini adalah ontentik man/mahasiswa ontentik yaitu manusia yang mengikuti massa tapi tetap mempunyai control terhadap massa itu, manusia ini mempunyai pegangan yang jelas, sehingga tidak akan tergerus oleh massa dan inilah manusia inilah yang dibutuhkan bangsa dimasa yang akan datang.
Oleh sebab itu saya akan mencoba merumuskan sebuah formula mahasiswa paripurna sebagai sintetis terhadap mahasiwa kura-kura/akademis dan mahasiswa kupu-kupu/organisatoris. Melihat kultur mahasiswa sekarang, maka harus ada perubahan. Perubahan menurut teori Foulcaut dapat terjadi ketika episteme lama tergantikan dengan episteme baru, hal ini dapat terjadi ketika ada diskursus yang mendorong lahirnya diskontituinitas yaitu awal mula episteme baru lahir. Jadi sisini saya mencoba membuat definisi mahasiswaa paripurna hal inilah yang akan menjadi diskursus, yaitu pengetahuan atau wacana yang berbeda dari episteme lama. Inilah yang akan menjadi diskontituinitas atau perpecahan sehingga akan melahirkan episteme baru yaitu mahasiswa paripurna.
Disini mahasiswa paripurna adalah mahasiswa yang mampu mengimbangkan antara akademis dan organisatoris. Mahasiswa paripurna bukan hanya pintar bertori dalam ruang kelas saja atau tinggi IPK saja karena menurut penelitian di amerika tahun 2002 menyatakan bahwa dari  jajak pendapat 457 pengusaha factor IPK berada pada urutan 17 dari 20 faktor pendukung, sedangkan factor utama yang dianggap penting dari lulusan Perguruan Tinggi adalah soft skill. Oleh sebab itu harus dibarengi dengan kemampuan organisatoris. Sehingga mahasiswa paripurna ini mampu menjadi pelopor atau menjadi budaya yang adiluhung untuk ditiru oleh seluruh mahasiswa UNDIKSHA.
 Tentunya dinamika mahasiswa undiksha akan berwarna, kita akan melihat banyaknya mahasiswa duduk melingkar dan membahas tentang berbagai persoalan, dan ditulah akan lagir berbagai solusi yang soluktif. Bayangkan banyaknya gagasan-gagasan baru pada saat diskusi aspiratif. Coba bayangkan ketika gagasan ini dijalankan saya jamin lulusan kita akan banyak yang menjadi negarawan, yaitu sosok yang mampu melihat dan menjawab masalah sari berbagai sudut pandang sehingga menciptkan jalan keluar dan melihat zaman bukan hanya masa kini tapi mampu memprediksi keadaan dimasa yang akan datang sehingga mampu merencanakan tindakan yang strategis bagi bangsa ini.
            Gagasan mahasiswa paripurna ini saya harapakan menjadi jawaban atas terjadinya pertentangan antara KULIAH VS ORGANISASI. Sebenaranya hal ini tidak perlu dipertentangkan tapi cukup didikusikan dengan cara duduk melingkar, disitulah hal problem yang seperti ini akan ditemuakan solusi yang soluktif. Mengutip pendapat Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure Of Scientific Revolutionyang mengatakan “manusia hanya mampu menciptakan paradigma kebenaran bukan kebenaran realitas” jadi ini hanya sebuah gagasan yang saya harapkan menjadi titik awal lahirnya mahasiswa akademis organisatoris.

*Penulis adalah Ketua PMM Al-Hikmah Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)

1 komentar: