Kamis, 27 Oktober 2016

Cerpen_Si Tuli, Si Bodoh, dan Si Pikun Akan Berdialog Dengan Allah



Si Tuli, Si Bodoh, dan Si Pikun Akan
Berdialog Dengan Allah

Oleh: Kang Aswan

Tengah hari yang panas. Matahari berpijar di tengah cakrawala. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi.  Hembusan angin yang bergulung-gulung menambah panas setiap detik demi detik. Namun, keadaan itu tidak menciutkan semangat tiga sahabat yang ingin tahu apakah kelak mereka akan masuk kedalam surga atau masuk ke dalam neraka karena keterbatasan yang mereka miliki.
Disebuah desa terpencil. Terdapat sebuah rumah seorang kiyai yang sangat terkenal. Kiyai itu bernama Kiyai Ki Ageng Semar. Pengasuh pondok pesantren Punokawan. Kiyai Semar ini sudah terkenal kemashurannya dalam menanggapi dan memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan santri-santrinya dan para jamaahnya.
Ketiga sahabat itu pun sampai di rumah Kiyai Semar. Setelah melewati lembah, gunung, padang ilalang, jalan panjang yang seperti tidak ada putusnya dan juga sungai yang arusnya sangat deras. Seperti kebanyakan orang kalau berkunjung atau sowan ke rumah kiyai pasti membawa sesuatu untuk pak kiyai. Si Tuli membawa singkong, Si Bodoh membawa jagung, dan Si Pikun membawa keranjang. Keranjang? Ya, keranjangnya saja, orang dia pikun.
Tak perlu basa-basi Si Tuli memberanikan diri untuk mengucapkan salam,
Assalamu’alaikum, kulo nuwun, Kiyai,” ucapnya dengan lemah lembut penuh takzim.
Wa’alaikumsalam,” jawab seseorang dengan nada yang merdu dan mantap.
Karena Si Tuli ini benar-benar tuli, dia mengulang ucapannya lagi, “Assalamu’alaikum, kulo nuwun, Kiyai.”
Dengan nada yang sama seseorang membalas salam, “Wa’alaikumsalam.
Si Tuli mengulang ucapannya sekali lagi, “Assalamu’alaikum, kulo nuwun, Kiyai.”
Kali ini tidak ada jawaban. Tapi, pintu rumah itu tiba-tiba membuka dengan sendirinya. Lalu, ketiga sahabat itu masuk ke dalam rumah Pak Kiyai Semar.
Di dalam ruang tamu itu, seorang yang bertubuh tambun duduk dikursi santai. Dan mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk.
“Silahkan duduk!”
Njeh, Kiyai ,” jawab Si Bodoh.
Dan mereka bertiga duduk menghadap Kiyai Semar.
“Ada perlu apa, kalian jauh-jauh kemari?” tanya Kiyai Semar.
“Kita kesini mau ngapain ya?” tanya Si Pikun.
“Dasar kau pelupa, kita kesini mau.. mau apa ya, Tuli?” kata Si Bodah balik nanya.
“Kedatangan kami kesini untuk bertanya suatu hal, Kiyai,” jawab Si Tuli.
Kiyai Semar tersenyum. Merasa mendapat sebuah tantangan.
“Mau tanya masalah apa?” tanya Kiyai Semar dengan mengeraskan suaranya, agar Si Tuli dapat mendengar. Karena Kiyai Semar memandang hanya Si Tuli yang dianggapnya paling pintar.
“Kami mau bertanya, golongan seperti kita ini kelak akan masuk surga atau neraka, Kiyai?” ucap Si Tuli yang memang ditunjuk dua sahabatnya untuk menjadi juru bicara. Si Tuli kembali menyampaika unek-unek hatinya, “Kiyai, sungguh ajaran Islam telah datang, tapi aku sama sekali tidak mendengarnya.”
Si Bodoh juga menyampaikan maksud hatinya, “Kiyai, sungguh ajaran Islam telah datang, tapi banyak orang yang membohongiku karena aku bodoh Kiyai.”
Si Pikun ikut mengatakan, “Kiyai, ajaran Islam telah datang, tapi aku lupa semuanya.”
“Dari masalah itulah Kiyai, kami ingin mengetahui, golongan seperti kami ini layak masuk surga kerena bersyarat atau kami akan masuk neraka?” jelas Si Tuli.
Kiyai Semar tertawa pelan. Memandangai mereka bertiga bergantian.
“Dalam riwayat hadits shahih, Nabi SAW bersabda: empat golongan yang kelak akan berdialog dengan Allah. 1. Orang tuli yang tidak dapat mendengar sama sekali. 2. Orang bodoh dan tolol. 3. Orang pikun. Dan 4. Ahlul Fathrah.
“Kami akan berdialog dengan Allah, Kiyai?” tanya Si Pikun bangga.
“Iya. Kalian akan berbicara sama persis dengan apa yang kalian bertiga jelaskan tadi.”
“Tadi kita bicara apa ya?” tanya Si Pikun. Ia memang benar-benar lupa.
“Lalu, apa jawaban dari pertanyaan kami Kiyai, apakah kami akan masuk surga atau neraka?” tanya Si Tuli sekali lagi penasaran.
“Di saat kalian berdialog dengan Allah itulah, Allah mengadakan perjanjian agar kalian taat kepada-Nya, dan Allah merespon ungkapan konyol kalian dengan mengutus malaikat untuk menemui kalian dan Allah berpesan: Masukkan saja mereka ini ke dalam neraka, tapi jika mereka masuk ke dalamnya, mereka akan merasa dingin (nikmat) dan akan selamat dari panasnya api neraka, namun bagi mereka yang enggan, ya selamatkan saja dari neraka! (HR. Ahmad, Ishaqq bin Rahuyah dan Albaihaqi)”
“Bararti kesimpulannya, kita akan masuk surga, Kiyai?” tanya Si Tuli.
Kiyai Semar tersenyum, lalu bersabda, “Sakbegja-begjane wong kang lali, luwih begja wong kang eling lan waspodo.” (Seberuntungnya orang yang lupa diri, masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar