Rabu, 26 Oktober 2016

Paper_Konsep Dasar Teori Multiple Intellegency



Konsep Dasar Teori Multiple Intellegency



KELAS 3A / KELOMPOK : 17

1.      Jaswanto                                                                  1517011057
2.      Ni Putu Devi Dayanti                                              1517011092








JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2016











LATAR BELAKANG

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat kepada peserta didik.Tujuan pendidikan pada umumnya adalah mengkondisikan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan memanifestasikan diri sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
masyarakat.
Dijelaskan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan proses pemberdayaan yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan serta terdidik.
Pemberdayaan siswa dilakukan melalui proses belajar, proses pelatihan, proses memperoleh pengalaman atau melalui kegiatan lainnya. Melalui proses belajar siswa diharapkan memperoleh pengalaman memecahkan masalah dan mampu mengembangkan potensi sesuai bakat yang mereka miliki. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks, oleh sebab itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien jika telah berbentuk komunikasi antara pendidik dan anak didik, baik di dalam kelas, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat tertentu.
Kesuksesan peserta didik sangatlah ditentukan oleh guru yang dapat membimbingnya dalam belajar serta penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek psikologis menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu aspek psikologis juga menunjukkan pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya.
Praktik pendidikan yang banyak kita temui di sekolah-sekolah formal khususnya di Indonesia, dengan jelas menunjukkan bahwa penghargaan terhadap perbedaan antar individu peserta didik masih sangat kurang. Artinya bahwa aspek psikologis yang merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses kegiatan belajar mengajar masih sering diabaikan. Salah satu bukti akan hal ini misalnya dapat dilihat, bahwa pendidikan yang dilaksanakan selama ini cenderung lebih mengutamakan pada terlaksananya kurikulum. Artinya, peserta didik dipaksa untuk mengikuti segala hal yang ada dalam kurikulum. Sementara pendidik berperan sebagai fasilitator yang mengusahakan bagaimana peserta didik bisa mengikuti kurikulum, seharusnya proses pendidikan harus memperhatikan peserta didik secara psikologis. Sebab, tanpa adanya perhatian dari sisi psikologis ini maka proses pendidikan yang dilaksanakan jelas akan kehilangan arah. (Subandijah,1996 : 36)
Secara lebih spesifik misalnya, dari aspek penilaian. Seorang peserta didik dianggap cerdas apabila memiliki IQ yang tinggi. Sementara peserta didik yang memiliki IQ rendah dianggap sebagai orang yang bodoh. Peserta didik disini maksudnya tidak terkecuali pada tingkatan pendidikan tinggi. Padahal penilaian dari IQ tersebut hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan kecerdasan yang sebenarnya. Penilaian terhadap mahasiswa hanya dari satu segi saja inilah salah satu sikap yang mendiskriminasikan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Gardner, pada dasarnya sebagian dari peserta didik memiliki karakter yang menjanjikan dan sebagian lain memiliki karakter yang beresiko. (Jasmine, 2007 : 64) Proses identifikasi ini penting dilakukan oleh seorang pendidik. Peserta didik dikatakan menjanjikan apabila peserta didik memiliki kemampuan yang sangat khusus dan menonjol. Kemampuan tersebut merupakan kristalisasi dari berbagai pengalaman, respon emosi yang sangat mendalam yang memusatkan perhatian dan usaha para individu tersebut untuk menuju kearah tertentu. Sedangkan, peserta didik yang memiliki karakter beresiko maksudnya adalah bahwa seorang peserta didik dapat ditolong dengan memberikan bantuan secara intensif.
Munif Chatib berpendapat, teman-teman guru yang mengatakan bahwa strategi multiple intelligences hanya cocok untuk jenjang TK dan SD mungkin disebabkan kurang pahamnya terhadap „ruh‟ strategi mengajar itu sendiri. Banyak pendidik yang terjebak ketika mengajar pada tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi, hanya menggunakan strategi tunggal yaitu metode ceramah. Padahal betapa banyak siswa dan mahasiswa yang mengantuk pada saat guru dan dosennya berceramah.












PEMBAHASAN

A.    Multiple Intelligences (MI)
1.      Pengertian Multiple Intelligences (MI)
Multiple Intelligences merupakan sebuah teori tentang kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Horwad Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Horwad Gardner adalah direktur Proyek Zero di Harvard University yang dengannya ia mengembangkan teori multiple intellegensi dan mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Gerdner mempublikasikan temuannya tersebut melalui buku yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Multiple Intelligences: The Theory in Practice Intelligence (1993) kemudian teori ini dilengkapi lagi dengan terbitnya buku Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (2000). Balam buku-buku tersebut tidak hanya membahas tentang teori multiple intelligences saja tapi juga implikasinya di dunia pendidikan.
Gagasan Gardner dengan memunculkan teori multiple intelligen didasari oleh kritikan Gardner tentang tes IQ yang disusun Alfred Binet pada tahun 1905, Gardner menganggab bahwa tes tersebut tidaklah cukup dijadikan ukuran untuk mengetauhi kecerdasan seseorang. Gardner mendefinisikan intelegesi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Gardner mengaitkan kecerdasan dengan kapasitas/kemampuan untuk (1) Memecahkan masalah-masalah (problem solving) dan (2) menciptakan produk-produk dan karya-karya baru yang mempunyai nilai budaya (creativity).2 Berdasarkan pernyataan Garner tersebut tes IQ yang selama ini banyak dipercaya, tidak lagi cukup mewakilinya. Sebab IQ hanya mewakili kecerdasan liguistik dan logis-matematis saja sedangkan yang lain tidak.
Pada awal penelitiannnya Gardner mengelompokan kemampuan manusia yang sesuai dengan pengertian kecerdasan kedalam tujuh kelompok kecerdasan, yakni (a) Kecerdasan Liguistic, (b) Kecerdasan Logis-Matematic, (c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d) Kecerdasan Kinestetik, (e) Kecerdasan Musik (f) Kecerdasan Intrepersonal, (g) Kecerdasan Intrapersonal. Pada buku Intelligensi reframed Gardner menambahkan dua kecerdasan baru yakni: Kecerdasan Naturalis dan Kecerdasan Eksistensialis.
 Macam-macam kecerdasan yang dirumuskan oleh Gardner dalam perkembangannya akan ada kemungkinan untuk terus bertambah terbukti dari yang pada awalnya disebutkan hanya tujuh kemudian ditambah menjadi sembilan. Tiaptiap kecerdasan memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri yang berhak untuk dihargai dan dikembangankan. Agar lebih jelasnya berikut uraian dan penjelasan tentang macam-macam kecerdasan yang digagas oleh Horward Gardner:
a.      Kecerdasan Linguistik
Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata- kata
secara efektif baik secara lisan maupun tulisan seperti yang dimiliki oleh para penyair, pencipta puisi, jurnalistik, dramawan, orator, pendongen atau politisi. Kecerdasan ini mencakup kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah dalam memahami struktur kata dalam belajar bahasa, mudah menjelaskan mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain, lancar berdebat, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bahasa. Dalam pengertian bahasa anak-anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki kepekaan yang tinggi terhadap makna katakata (sematik), aturan kata-kata (sintaksis), pada suara dan ritme ungkapan kata (fonologi), dan terhadap perbedaan fungsi bahasa (pragmatik). Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya sebagai berikut:
·         Mendengar serta merespons setiap suara ritme, warna dan berbagai ungkapan kata
·         Menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis dari orang lain
·         Menyimak, membaca termasuk mengeja, menulis, dan berdiskusi
·         Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan, dan megingat apa yang diucapkan
·         Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang dibaca
·         Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengaran, berbagai tujuan dan mengetahui cara bicara sederhana, pasif, persuasif, atau bergariah pada waktu-waktu yang tepat
·          Menulis secara efektif, memahami, dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejean tanda baca dan menggunakan kosakata yang efektif
·         Memperlihatkan kemampuan menguasai bahasa lainnya
·          Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkominikasi, berdidkusi, menjelasakan, mempengaruhi, menciptakan pengetauhan, menyusun makna, serta menggambarkan bahasa itu sendiri.
Beberapa manfaat dari penggunaan kecerdasan liguistik diantaranya:
(1) retorika, menggunakan bahasa untuk menyakinkan orang lain agar melakukan aksi tertentu; (2) Mnemonik, menggunakan bahasa untuk mengingat informasi; (3) Penjelasan, menggunakan bahasa untuk menginformasikan; (4) Metabahasa, menggunakan bahasa untuk membicarakan tentang bahasa itu sendiri.
Anak yang memiliki kecerdasan ini dalam Pendidikan Agama Islam mereka unggul dalam bahasa Arab, mudah menghafal Al-Quran dan Hadits, mampu menyampaikan ceramah dengan menarik.
b.      Kecerdasan Logis-Matematis
Adalah kemampuan untuk menggunakan angka secara efektif, seperti
yang dimiliki oleh para saintis, programer, logikus, akuntan atau ahli statistik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan yang logis, pertanyaan dan dalil, fungsi, abtraksi, kategorisasi dan perhitungan. Dalam menghadapi banyak persoalan mereka tidak mudah bingung sebab mereka akan dengan mudah mengelompokkan persoalan baik secarak deduktif ataupun induktif, mudah mengembangkan pola sebab akibat. Anak yang memiliki kecerdasan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan angka-angka, bagan, grafik, skema, dan tidak begitu banyak mengunakan bacaan yang panjang.
Karekteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya sebagai berikut:
·         Kepekaan dalam memahami pola-pola logis atau numeris dan kemampuan mengelola alur pemikiran panjang
·         Memiliki respon yang cerpat terhadap kalulasi angka
·         Mengenal konsep-konsep yang bersifat kualitas, kuantitas dan hubungan sebab akibat
·         Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata (konkret)
·         Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis
·         Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan
·          Mengajukan dan menguji hipotesis
·         Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis, seperti memperkirakan, memperhitungkan, algolaritma, menafsirkan statistik dan menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik
·          Menyukai operasi yang kompleks serperti kalkulus, fisika, pemprograman komputer atau metodologi penelitian
·         Berfikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotestis, merumuskan berbagai mode,mengenbangkan contoh-contoh tandingan
·         Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis
·         Mengungkapkan ketertarikan dalam karir seperti akutansi, teknologi, komputer, hukum, mesin, ilmu kimia, dan penelitian labiraturium sains
·         Mempersiapkan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika
c.       Kecerdasan Spasial
Adalah kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat seprti yang dimikili oleh para pemburu, arsitektur, navigator dan dekorator. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengenal bentuk dan
benda secara tepat, melakukan perubahan sesuatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta menggunakan data dalam suatu grafik serta peka terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.
     Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·         Belajar dengan melihat dan mengamati, mengenali wajah-wajah, benda-benda, bentuk-bentuk, warna-warna, detail-detail, dan pemandangan-pemandangan.
·         Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam rungan
·          Kepekaan merasakan dan mebayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat
·          Merasakan dan menghasilkan imajinasi memvisualisasikan secara detail
·         Menggunakan gambar visual sebagai alat bantu dalam mengingat informasi
·         Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram belajar atau memalui mediamedia visual
·          Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran, atau obyekobyek lain dalam bentuk yang kompleks dan memvisualisasikan bentuk baru
·          Menggerakkan obyek dalam ruang untuk menentukan interaksinya dengan obyek lain
·         Melihat benda dengan cara-cara yang berbeda atau dari perpektif baru
·         Merasakan pola-pola yang lembut maupun rumit
·         Menciptakan gambaran nyata atau informasi visual
·         Cakap membuat abstraksi desain
·         Menciptakan bentuk-bentuk baru dari media visual-spasial atau karya seni asli
d.      Kecerdasan Kinesterik
Adalah keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan seperti pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, fleksibelitas dan kecepatan. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan mudah mengungkapkan dirinya dengan gerak tubuh mereka. Mereka akan mudah menungangkan pikiran, rasa, dan perasaan memalui gerakan tubuh baik gerakan kaki dan tangan serta mimik wajah.
Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·         Menjelajahi lingkungan dan sarana melalui sentuhan dan gerakan.
·         Mempersiapkan untuk menyentuh, menangani atau memainkan apa yang akan menjadi bahan untuk dipelajari.
·         Menunjukkan keterampilan, dalam atri mengerakkan kelompok besar ataupun kecil.
·         Menjadi sensitif dan responsif terhadap lingkungan dan sistem secara fisik
·          Memdemonstrasikan keahlian dalam berakting, menari, atletik, menjahit, mengukir, memainkan keboard.
·          Mendemonstrasikan keseimbangan, keunggulan, keterampilan, dan ketelitian dalam tugas-tugas fisik dan kemampuan gerak motorik halus dan motorik kasar
·          Memiliki kemampuan melakukan pementasan fisik memalui perpaduan antara pikiran dan tubuh
·         Mengerti dan hidup dalam standar kesehatan fisik
·         Memiliki kegemaran dalam bidang olahraga atau olah tubuh
·          Menentukan pendekatan baru dalam kemampua pendekatan baru dalam kemampuan fisik atau menciptakan bentuk-bentuk baru dalam menari, berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.
e.       Kecerdasan Musik
Adalah kemampuan untuk merasakan, mengubah, membedakan, mengekspresikan bentuk-bentuk musik dan suara. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada, melodi dan timbre (warna nada dalam sepotong musik). Serta meliputi kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu, dan menikmami lagu, melodi, dan nyayian.
Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·         Mendengarkan dan merespons dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi termasuk suara manusia, suara-suara dari lingkuangan alam sekItar dan muik, serta mengorganisasi beberapa jenis suara ke dalam pola yang bermakna.
·         Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar
·         Berhasrat untuk selalu ada di sekitar dan belajar dari pemusik
·         Merespons musik secara kinestetis dengan cara memimpin/ konduktor, memainkan, menciptakan, atau berdansa, secara emosional melaui respon terhadap suasana hati dan tempo musik
·         Menganalisis estetika musik dengan mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik
·         Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda, menunjukkan ketertarikan terhadao aturan dalam musik dan meneruskan dengan memainkannya dalam kehidupan manusia
·         Mengoleksi musik dan informasi tentang musik dalam berbagai bentuk
·          Memainkan jenis atau beberapa alat musik dan dengan cepat menguasai teknik penggunaan alat musik yang baru dipelajari

f.       Kecerdasan Interpersonal
Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, tempramen orang lain. Kecerdasan ini mencapkup kepekaan terhadap eks[resi wajah, suara, dan gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai isyarat interpersinal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat tersebut dalam beberapa cara pragmatis (misalnya, untuk mempengaruhi sekolompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan). Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan menjalin relasi, kominikasi dengan berbagai orang, kemampuan membentuk dan menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu kelompok. Anak yang memiliki kecerdasan ini akam mudah dalam bergaul, berkerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain serta mudah berempati dengan orang lain.
Karakteristik yang anak yang memiliki kecerdasan ini sbagai berikut:
·         Membentuk dan menjaga hubungan sosial
·         Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain
·         Merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain.
·         Berpetisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksankan oleh bawahan sampai pimpinan dalam suatu usaha bersama
·         Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain
·         Kepekaan merencanakan dan merespons secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginran orang lain
·         Memahami dan berkomunikasi secara efektif baik dengan cara verbal maupun non verbal.
·         Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial tinggi negosiasi, bekerja sama, berempati tinggi.
·         Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan kelompok yang berbeda dengan umpan balik dari orang lain
·         Menerima prespektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik
·         Mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa , berhubungan dengan menorganisasikan orang untuk bekerja sama dengan orang dari berbagai latar belakang dan usia.
·         Tertarik pada pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik
·         Membentuk proses sosial atau model yang baru
g.      Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri sendiri. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan, serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri dan harga diri. Pemikil kecerdasan ini menggunakan pengetahuan tentang dirinya untuk merencanakan, merencanakan dan mengarahkan kehidupan. Anak yang memiliki kecerdasan ini dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang serta mudah berkonsentrasi dan lebih suka bekerja sendiri.
Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·         Sadar akan wilayah emosi dan kemampuan membedakan emosi
·         Memahami perasaan sendiri, pengetahuan tentang pengalaman diri sendiri termasuk kekuatan dan kelemahan diri
·         Menemukan cara-cara dan jalam keluar untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.
·         Mengembangkan model diri yang akurat
·         Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya
·          Membangun dan hidup dengan suatu sistem nilai etika (agama)
·         Bekerja mandiri
·         Penasaan tentang makna kehidupan, dan relevansi tujuan kehidupan
·         Berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri, kemampua intuitif, sensitif terhadap nilai.
·         Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas diri dan eksistensi sebagai manusia
·         Berusaha mengaktualisasikan diri
·         Memberdayakan orang lain dalam upaya memiliki tanggug jawab kemanusiaan
h.      Kecerdasan Naturalis
Adalah kemampuan untuk mengerti tentang flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk konsenkuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam dan menggunakan kemampuan secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangan pengetahuan alam.
Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·         Kesaaran untuk menjaga kelestarian lingkungan dari kerusakan lingkungan dan keterseimbangan ekosistem
·         Kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi penyebab gejala-gejala alam
·         Keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain dan memetapkan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non formal
·         Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar
·         Termotivasi dalam melakukkan riset untuk menghasilkan natural prodact sebagai penganti obat-obatan dan bahan sintetis
·         Menunjukkan kesenangan terhadap dunia hewan dan tumbuhan
i.        Kecerdasan Eksistensi
Adalah kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dengan memperhatikan capaian-capaian terjauh dalam kosmos (yang tak terbatas dan sangat tak terukur).21 Kecerdasan ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Kecerdasan ini sering disebut dengan kecerdasan spiritual. Sifat kecerdasan ini selalu memcari koneksi antarkebutuhan untuk belajar dengan kemampuan dan menciptakan kecasadaran akan kehidupan setelah kematian.
Kesembilan kercerdasan tersebut tidak semata-mata diklasifikasikan tanpa adanya dasar yang jelas melainkan memalui proses telaah yang panjang. pengklasifikasian kesembilan kecerdasan tersebut didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu sehingga dapat disebut dengan kecerdasan bukan hanya bakat, kemampuan, atau keterampilan semata. Dasar teoritis yang digunakan dalam mengeklasifikasian kecerdasan adalah sebagai berikut:
a. Isolasi Potensi oleh kerusakan otak
b. Keberadaan orang-orang yang berbakat, genius, dan individu yang luar biasa lainnya.
c. Sejarah perkembangan yang khas dan serangkaian prestasi (perfomance) yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai ahli, yang dapat didefinisikan dengan baik.
d. Sebuah sejarah evolusi dan kemasukakalan evolusi
e.Dukungan dari temuan-temuan psikometrik
f. Duungan dari tugas-tugas psikologi yang bersifat eksperimental
g. Sebuah operasi inti yang dapat diidentifikasi atau serangkaian operasi
h. Keperkaan dan kerentanan terhadap pengkodean dalam sebuah sistem simbol
Terlepas dari pengertian berbagai macam kecerdasan dalam MI dan dasardasar teroritis dari konsep kecerdasan multiple yang perlu diingat adalah setiap anak memiliki kesemuan kecerdasan tersebut namun tiap-tiap anak memiliki porsi yang berbeda pada tiap-tiap kecerdasan sehingga muncullah beberapa anak yang menonjol pada salah satu kecerdasan tertentu.23 Kategorisasi kecerdasan digunakan untuk membantu dalam bentuk representasi mental.
2.      Multiple Intelligences dalam Dunia Pendidikan
Pada mulanya MI adalah pembahasan dalam dunia psikologi yang kemudian ditarik keranah edukasi, sebab tidak dapat dipungkuri bahwa dunia pendidikan tidak dapat lepas dari pembahasan-pembahasan psikologi terutama dalam upaya mengenal peserta didik baik dari segi usia maupun kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki. Gardner menyebutkan penerapan MI dalam pendidikan lebih tepat disebut sebagai strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang pelajaran.
Teori multiple intelligences telah digunakan dan dikembangankan dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat, dan memberikan banyak pengaruh pada perkembangan sistem pendidikan di negara tersebut. Pada bagian ini akan dijelasakan tentang pengaruh teori MI dalam pendidikan diantaranya meliputi kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
a.      Kurikulum
Penggunaan teori MI akan mempengaruhi penyusunan kurikulum, pengaruh yang menonjol yakni pada pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik atau tematik. Model penggunaan tamatik ini akan memungkinkan digunakannya pendekatan interdisipliner dilihat dari berbagai sudut. Misalnya dalam topik thaharoh: dapat didekati lewat pendekatan biologis, ekonomis, lingkungan, fisis, kimia, dll. dengan demikian materi yang dipelajari akan lebih bervariasi dan mencakup semua intelegensi yang ada.

b.      Pembelajaran Multiple Intelligences (MI)
Penerapan teori MI dalam pendidikan telah banyak memberikan pengaruh dalam proses berlajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Gardner menemukan banyak siswa yang kecewa atau kurang paus dengan cara mengajar guru mereka di sekolah, rasa kecewa dan tidak puas tersebut salah satunya disebabkan oleh guru seringkali monoton dalam mengajar sebab ia mengajar hanya menggunakan satu model yakni yang sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya saja, padahal siswa memiliki kecerdasan beragam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu sebagai guru yang ingin melejidkan kemapuan siswanya dengan memperhatikan teori MI, setidaknya harus memperhatikan hal berikut:
1) Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka.
2) Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi, bukan hanya dengan inteligensi yang menonjol pada dirinya.
3) Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan
intelligensi dirinya sendiri yang tidak cocok inteligensi siswa.
4) Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok dengan inteligensi ganda.29
Munif Chatib menyebut pembelajaran menuggunakan teori MI dengan strategi pembelajaran MI. Strategi pembelajaran MI adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktifitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan. Inti dari strategi pembelajaran MI adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Penggunaan strategi pembelajaran MI dimaksudkan agar terjadi kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa sehingga terciptalah pembelajaran yang tidak lagi monoton yang mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar dan memberikan kemudahan dalam menangkap materi yang disampaikan guru. Penggunaan istilah strategi pembelajaran dalam penerapan MI dimaksudkan untuk memcakup perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembalajaran.
Langkah awal dalam penerapan stategi pembelajaran MI adalah menyusun rencana pembelajaran (RPP) atau lesson plan. Penyusunan lesson plan sama halnya dengan menyusun RPP pada umumnya. Namun dalam strategi pembelajaran MI lesson plan yang dibuat hendaknya lebih kreatif, makna kreatif disini adalah kevariatifan dalam metode pembelajaran yang digunakan dan tentunya disesuaikan berbagai macam kecerdasan yang ada. Dalam lesson plan hendaknya dapat membawa siswa untuk belajar aktif, dapat memberikan pengalaman nyata yang tidak mudah terlupakan, terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan, menyenangkan, dan manfaatnya dapat dirasakan langsung.
Penggunaan teori MI dalam pendidikan tidak hanya berdampak pada pengajaran saja yang bervariatif tetapi juga pada pengaturan kelas. Kelas dapat dibuat lebih fleksibel sehingga akan memudahkan guru dan siswa dalam menggukan beragam metode pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya dilaksanan di ruang kelas tertutup, tetapi dapat dilaksanakan di berbagai tempat di sekitar sekolah sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain itu guru juga dapat mendesain kelas dengan gambar-gambar yang bervariatif sehingga ruang kelas menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
c.       Evaluasi Pembelajaran
Dengan sistem pembelajaran dan juga pendekakan yang variatif maka dalam melakukan evaluasi harus berfaruasi pula, mengingat satu macam evaluasi saja tidak cukup dalam menilai keberhasilan siswa dalam belajar. Evaluasi yang dipandang cocok dengan model pembelajaran MI adalah dengan melihat perfoma siswa dalam situasi yang real, sehingga evaluasi yang dilakukan akan lebih autentik dan menyeluruh. Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan evaluasi sehingga menjadi autentik dan menyeluruh, diantantaranya sebagai berikut:
1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan setiap intelligensi yang digunakan
2) Guru dapat mengumpulkan semua dookumen yang dihasilkan siswa selama proses pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, lisan, foto, pekerjaan, jurnal yang ditulis, hasil interview, pengamatan selama pembalajaran, dan sebagainya.
3) Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman.
4) Membuat tes yang bervariasi.
B.     Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut teori multiple intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1)      Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-ratadan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
2)       Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; Kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
3)      Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkain : menendang bola (kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan protes ke wasit (linguistik dan interpersonal).
4)      Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori Seseorang yang cerdas linguistik mungkin tidak pandai menulis, tetapi pandai bercerita dan berbicara secara memukau.
C.    Impilikasi MI dalam Pendidikan
Dengan berkembangnya konsep multiple intelligences dan dengan diterimanya teori tersebut dalam dunia pendidikan, maka mau tidak mau pendidik perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis kecerdasan mereka. Tugas ini menjadi sedemikian penting mengingat perkembangan dan perwujudan semua jenis kecerdasan tersebut esensial bagi anak dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan, dan memperoleh kehidupan itu sendiri.
Dalam konsep MI, perbedaan individual peserta didik diterima dan dilayani dengan suatu keyakinan berpijak sebagaimana dinyatakan Howard Gardner bahwa kita semua begitu berbeda karena pada hakikatnya kita memiliki kombinasi inteligensi yang berbeda. Jika kita sadari hal ini, setidaknya kita lebih berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai problem yang kita hadapi dalam hidup di dunia. Aplikasi MI dalam pendidikan akan menyebabkan pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi perkembangan anak.






















KESIMPULAN

Teori Multiple Intelligences muncul sebagai bentuk krtitik terhadap teori IQ yang membatasi kecerdasan hanya pada kecerdasan Logis-Matematis dan Linguistik saja. Sementara dalam teori MI terdapat sembilan kecerdasan manusia yakni: a) Kecerdasan Liguistic, (b) Kecerdasan Logis-Matematic, (c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d) Kecerdasan Kinestetik, (e) Kecerdasan Musik, (f) Kecerdasan Intrepersonal, (g) Kecerdasan Intrapersonal, (h) Kecerdasan Naturalis, (i) Kecerdasan Eksistensialis.
Teori ini menyadari betul bahawa setiap anak yang lahir ke dunia memiliki
keuniakan tersendiri yang berhak mendapatkan pengakuan dan di apresiasi dalam
kehidupan utamannya dalam pendidikan. Sebab pendidikan merupakan wadah bagi siswa untuk membentuk dan mengembangkan potensi untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di bumi dan membawa rahmad bagi seluruh alam ini.
Pembelajaan berbasis Multiple Intelligences merupakan dalah satu bentuk inovasi pembelajaran yang dapat menjadi pilihan bagi guru Pemdiikan Agama Islam di Indonesia. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis Multiple Intellegences berarti menggunakan pendekatan interdisipliner dalam mengembangkan materi pembelajaran, menggunakan multimodel pembelajaran, dan menggunakan penilaian autentik dalam evaluasi pembelajarannya. Hal ini dimaksudkan untuk mewadahi kebaragaman kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.







DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Cetakan Pertama. Jakarta: RINEKA CIPTA
Mawardiyanti, Indri. 2014. ”Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multiple Intelligences”.
Dalam https://bersamafai.files.wordpress.com/.../makalah-metode-  pembelajaran-berbasis-multiple-intelligence.pdf. Di akses tanggal 16 September 2016.

Musfiroh, Tadkiratun. 2015. ”MULTIPLE INTELLIGENCES dan Implikasinya dalam Pendidikan”.
Dalam digilib.uinsby.ac.id/9862/3/bab1-5.pdf. Di akses pada tanggal 16 September 2016.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar