Konsep Dasar Teori Multiple
Intellegency
KELAS
3A / KELOMPOK : 17
1.
Jaswanto 1517011057
2.
Ni Putu Devi
Dayanti 1517011092
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA
SINGARAJA
2016
LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai peranan yang
sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi
pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada cara
kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia
dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada
anggota masyarakat kepada peserta didik.Tujuan pendidikan pada umumnya adalah
mengkondisikan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
bakat dan kemampuanya secara optimal, sehingga dapat mewujudkan dirinya dan
memanifestasikan diri sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
masyarakat.
Dijelaskan
dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 bahwa fungsi pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan
merupakan proses pemberdayaan yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik
menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan serta terdidik.
Pemberdayaan
siswa dilakukan melalui proses belajar, proses pelatihan, proses memperoleh
pengalaman atau melalui kegiatan lainnya. Melalui proses belajar siswa
diharapkan memperoleh pengalaman memecahkan masalah dan mampu mengembangkan
potensi sesuai bakat yang mereka miliki. Proses belajar mengajar merupakan
kegiatan yang sangat kompleks, oleh sebab itu dapat berlangsung secara efektif
dan efisien jika telah berbentuk komunikasi antara pendidik dan anak didik,
baik di dalam kelas, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat tertentu.
Kesuksesan
peserta didik sangatlah ditentukan oleh guru yang dapat membimbingnya dalam
belajar serta penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek psikologis
menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf
perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu
aspek psikologis juga menunjukkan pada kenyataan bahwa proses belajar itu
sendiri mengandung variasi, seperti belajar keterampilan motorik, belajar
konsep, belajar sikap, dan seterusnya.
Praktik
pendidikan yang banyak kita temui di sekolah-sekolah formal khususnya di
Indonesia, dengan jelas menunjukkan bahwa penghargaan terhadap perbedaan antar
individu peserta didik masih sangat kurang. Artinya bahwa aspek psikologis yang
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses kegiatan belajar
mengajar masih sering diabaikan. Salah satu bukti akan hal ini misalnya dapat
dilihat, bahwa pendidikan yang dilaksanakan selama ini cenderung lebih
mengutamakan pada terlaksananya kurikulum. Artinya, peserta didik dipaksa untuk
mengikuti segala hal yang ada dalam kurikulum. Sementara pendidik berperan
sebagai fasilitator yang mengusahakan bagaimana peserta didik bisa mengikuti
kurikulum, seharusnya proses pendidikan harus memperhatikan peserta didik
secara psikologis. Sebab, tanpa adanya perhatian dari sisi psikologis ini maka
proses pendidikan yang dilaksanakan jelas akan kehilangan arah.
(Subandijah,1996 : 36)
Secara
lebih spesifik misalnya, dari aspek penilaian. Seorang peserta didik dianggap
cerdas apabila memiliki IQ yang tinggi. Sementara peserta didik yang memiliki
IQ rendah dianggap sebagai orang yang bodoh. Peserta didik disini maksudnya
tidak terkecuali pada tingkatan pendidikan tinggi. Padahal penilaian dari IQ
tersebut hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan kecerdasan yang
sebenarnya. Penilaian terhadap mahasiswa hanya dari satu segi saja inilah salah
satu sikap yang mendiskriminasikan peserta didik dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
Menurut
Gardner, pada dasarnya sebagian dari peserta didik memiliki karakter yang menjanjikan
dan sebagian lain memiliki karakter yang beresiko. (Jasmine, 2007 :
64) Proses identifikasi ini penting dilakukan oleh seorang pendidik. Peserta
didik dikatakan menjanjikan apabila peserta didik memiliki kemampuan
yang sangat khusus dan menonjol. Kemampuan tersebut merupakan kristalisasi dari
berbagai pengalaman, respon emosi yang sangat mendalam yang memusatkan
perhatian dan usaha para individu tersebut untuk menuju kearah tertentu.
Sedangkan, peserta didik yang memiliki karakter beresiko maksudnya
adalah bahwa seorang peserta didik dapat ditolong dengan memberikan bantuan
secara intensif.
Munif
Chatib berpendapat, teman-teman guru yang mengatakan bahwa strategi multiple
intelligences hanya cocok untuk jenjang TK dan SD mungkin disebabkan kurang
pahamnya terhadap „ruh‟ strategi mengajar itu sendiri. Banyak pendidik yang
terjebak ketika mengajar pada tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi, hanya
menggunakan strategi tunggal yaitu metode ceramah. Padahal betapa banyak siswa
dan mahasiswa yang mengantuk pada saat guru dan dosennya berceramah.
PEMBAHASAN
A. Multiple
Intelligences (MI)
1. Pengertian
Multiple Intelligences (MI)
Multiple
Intelligences merupakan sebuah teori tentang
kecerdasan yang artinya “kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini
ditemukan dan dikembangkan oleh Horwad Gardner, seorang ahli psikologi
perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard
University, Amerika Serikat. Horwad Gardner adalah direktur Proyek Zero di
Harvard University yang dengannya ia mengembangkan teori multiple intellegensi
dan mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan. Gerdner mempublikasikan
temuannya tersebut melalui buku yang berjudul Frames of Mind: The Theory of
Multiple Intelligences (1983), Multiple Intelligences: The Theory in
Practice Intelligence (1993) kemudian teori ini dilengkapi lagi
dengan terbitnya buku Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (2000).
Balam buku-buku tersebut tidak hanya membahas tentang teori multiple
intelligences saja tapi juga implikasinya di dunia pendidikan.
Gagasan
Gardner dengan memunculkan teori multiple intelligen didasari oleh kritikan
Gardner tentang tes IQ yang disusun Alfred Binet pada tahun 1905, Gardner
menganggab bahwa tes tersebut tidaklah cukup dijadikan ukuran untuk mengetauhi
kecerdasan seseorang. Gardner mendefinisikan intelegesi sebagai kemampuan untuk
memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam seting yang bermacam-macam
dan dalam situasi yang nyata. Gardner mengaitkan kecerdasan dengan
kapasitas/kemampuan untuk (1) Memecahkan masalah-masalah (problem solving)
dan (2) menciptakan produk-produk dan karya-karya baru yang mempunyai nilai
budaya (creativity).2 Berdasarkan pernyataan Garner tersebut tes IQ yang
selama ini banyak dipercaya, tidak lagi cukup mewakilinya. Sebab IQ hanya
mewakili kecerdasan liguistik dan logis-matematis saja sedangkan yang lain
tidak.
Pada
awal penelitiannnya Gardner mengelompokan kemampuan manusia yang sesuai dengan
pengertian kecerdasan kedalam tujuh kelompok kecerdasan, yakni (a) Kecerdasan Liguistic,
(b) Kecerdasan Logis-Matematic, (c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d)
Kecerdasan Kinestetik, (e) Kecerdasan Musik (f) Kecerdasan Intrepersonal,
(g) Kecerdasan Intrapersonal. Pada buku Intelligensi reframed
Gardner menambahkan dua kecerdasan baru yakni: Kecerdasan Naturalis dan Kecerdasan
Eksistensialis.
Macam-macam kecerdasan yang dirumuskan oleh
Gardner dalam perkembangannya akan ada kemungkinan untuk terus bertambah
terbukti dari yang pada awalnya disebutkan hanya tujuh kemudian ditambah
menjadi sembilan. Tiaptiap kecerdasan memiliki karakteristik dan keunikan
tersendiri yang berhak untuk dihargai dan dikembangankan. Agar lebih jelasnya
berikut uraian dan penjelasan tentang macam-macam kecerdasan yang digagas oleh
Horward Gardner:
a. Kecerdasan
Linguistik
Adalah
kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata- kata
secara efektif baik
secara lisan maupun tulisan seperti yang dimiliki oleh para penyair, pencipta
puisi, jurnalistik, dramawan, orator, pendongen atau politisi. Kecerdasan ini
mencakup kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa
secara umum. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan berbahasa lancar, baik dan
lengkap. Ia mudah dalam memahami struktur kata dalam belajar bahasa, mudah
menjelaskan mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain, lancar
berdebat, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bahasa. Dalam pengertian
bahasa anak-anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap makna katakata (sematik), aturan kata-kata (sintaksis), pada suara dan
ritme ungkapan kata (fonologi), dan terhadap perbedaan fungsi bahasa
(pragmatik). Karakteristik dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya
sebagai berikut:
·
Mendengar serta merespons setiap suara
ritme, warna dan berbagai ungkapan kata
·
Menirukan suara, bahasa, membaca, dan
menulis dari orang lain
·
Menyimak, membaca termasuk mengeja,
menulis, dan berdiskusi
·
Menyimak secara efektif, memahami,
menguraikan, menafsirkan, dan megingat apa yang diucapkan
·
Membaca secara efektif, memahami,
meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang dibaca
·
Berbicara secara efektif kepada berbagai
pendengaran, berbagai tujuan dan mengetahui cara bicara sederhana, pasif,
persuasif, atau bergariah pada waktu-waktu yang tepat
·
Menulis secara efektif,
memahami, dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejean tanda baca dan
menggunakan kosakata yang efektif
·
Memperlihatkan kemampuan menguasai
bahasa lainnya
·
Menggunakan
keterampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat,
berkominikasi, berdidkusi, menjelasakan, mempengaruhi, menciptakan pengetauhan,
menyusun makna, serta menggambarkan bahasa itu sendiri.
Beberapa
manfaat dari penggunaan kecerdasan liguistik diantaranya:
(1) retorika,
menggunakan bahasa untuk menyakinkan orang lain agar melakukan aksi tertentu;
(2) Mnemonik, menggunakan bahasa untuk mengingat informasi; (3) Penjelasan,
menggunakan bahasa untuk menginformasikan; (4) Metabahasa, menggunakan bahasa
untuk membicarakan tentang bahasa itu sendiri.
Anak
yang memiliki kecerdasan ini dalam Pendidikan Agama Islam mereka unggul dalam
bahasa Arab, mudah menghafal Al-Quran dan Hadits, mampu menyampaikan ceramah
dengan menarik.
b.
Kecerdasan
Logis-Matematis
Adalah
kemampuan untuk menggunakan angka secara efektif, seperti
yang dimiliki oleh para
saintis, programer, logikus, akuntan atau ahli statistik. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan yang logis, pertanyaan dan
dalil, fungsi, abtraksi, kategorisasi dan perhitungan. Dalam menghadapi banyak
persoalan mereka tidak mudah bingung sebab mereka akan dengan mudah
mengelompokkan persoalan baik secarak deduktif ataupun induktif, mudah
mengembangkan pola sebab akibat. Anak yang memiliki kecerdasan ini dapat
dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan angka-angka, bagan, grafik,
skema, dan tidak begitu banyak mengunakan bacaan yang panjang.
Karekteristik
dari anak yang memiliki kecerdasan ini diantaranya sebagai berikut:
·
Kepekaan dalam memahami pola-pola logis
atau numeris dan kemampuan mengelola alur pemikiran panjang
·
Memiliki respon yang cerpat terhadap
kalulasi angka
·
Mengenal konsep-konsep yang bersifat
kualitas, kuantitas dan hubungan sebab akibat
·
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk
menunjukkan secara nyata (konkret)
·
Menunjukkan keterampilan pemecahan
masalah secara logis
·
Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan
·
Mengajukan dan menguji
hipotesis
·
Menggunakan bermacam-macam keterampilan
matematis, seperti memperkirakan, memperhitungkan, algolaritma, menafsirkan
statistik dan menggambarkan informasi visual dalam bentuk grafik
·
Menyukai operasi yang
kompleks serperti kalkulus, fisika, pemprograman komputer atau metodologi
penelitian
·
Berfikir secara matematis dengan
mengumpulkan bukti, membuat hipotestis, merumuskan berbagai mode,mengenbangkan
contoh-contoh tandingan
·
Menggunakan teknologi untuk memecahkan
masalah matematis
·
Mengungkapkan ketertarikan dalam karir
seperti akutansi, teknologi, komputer, hukum, mesin, ilmu kimia, dan penelitian
labiraturium sains
·
Mempersiapkan model-model baru atau
memahami wawasan baru dalam ilmu pengetahuan alam dan matematika
c.
Kecerdasan Spasial
Adalah
kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial secara akurat seprti yang
dimikili oleh para pemburu, arsitektur, navigator dan dekorator. Termasuk di
dalamnya kemampuan untuk mengenal bentuk dan
benda secara tepat,
melakukan perubahan sesuatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu,
menggambarkan suatu hal/ benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk
nyata, serta menggunakan data dalam suatu grafik serta peka terhadap
keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk dan ruang.
Karakteristik dari anak yang memiliki
kecerdasan ini sebagai berikut:
·
Belajar dengan melihat dan mengamati,
mengenali wajah-wajah, benda-benda, bentuk-bentuk, warna-warna, detail-detail,
dan pemandangan-pemandangan.
·
Mengarahkan dirinya pada benda-benda
secara efektif dalam rungan
·
Kepekaan merasakan dan
mebayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat
·
Merasakan dan
menghasilkan imajinasi memvisualisasikan secara detail
·
Menggunakan gambar visual sebagai alat
bantu dalam mengingat informasi
·
Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram
belajar atau memalui mediamedia visual
·
Menikmati gambar-gambar
tak beraturan, lukisan, ukiran, atau obyekobyek lain dalam bentuk yang kompleks
dan memvisualisasikan bentuk baru
·
Menggerakkan obyek
dalam ruang untuk menentukan interaksinya dengan obyek lain
·
Melihat benda dengan cara-cara yang
berbeda atau dari perpektif baru
·
Merasakan pola-pola yang lembut maupun
rumit
·
Menciptakan gambaran nyata atau
informasi visual
·
Cakap membuat abstraksi desain
·
Menciptakan bentuk-bentuk baru dari
media visual-spasial atau karya seni asli
d.
Kecerdasan Kinesterik
Adalah
keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan
seperti pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Kecerdasan ini
meliputi keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan,
fleksibelitas dan kecepatan. Anak yang memiliki kecerdasan ini akan mudah
mengungkapkan dirinya dengan gerak tubuh mereka. Mereka akan mudah menungangkan
pikiran, rasa, dan perasaan memalui gerakan tubuh baik gerakan kaki dan tangan
serta mimik wajah.
Karakteristik
dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·
Menjelajahi lingkungan dan sarana
melalui sentuhan dan gerakan.
·
Mempersiapkan untuk menyentuh, menangani
atau memainkan apa yang akan menjadi bahan untuk dipelajari.
·
Menunjukkan keterampilan, dalam atri
mengerakkan kelompok besar ataupun kecil.
·
Menjadi sensitif dan responsif terhadap
lingkungan dan sistem secara fisik
·
Memdemonstrasikan
keahlian dalam berakting, menari, atletik, menjahit, mengukir, memainkan
keboard.
·
Mendemonstrasikan
keseimbangan, keunggulan, keterampilan, dan ketelitian dalam tugas-tugas fisik
dan kemampuan gerak motorik halus dan motorik kasar
·
Memiliki kemampuan
melakukan pementasan fisik memalui perpaduan antara pikiran dan tubuh
·
Mengerti dan hidup dalam standar
kesehatan fisik
·
Memiliki kegemaran dalam bidang olahraga
atau olah tubuh
·
Menentukan pendekatan
baru dalam kemampua pendekatan baru dalam kemampuan fisik atau menciptakan
bentuk-bentuk baru dalam menari, berolahraga atau kegiatan fisik lainnya.
e.
Kecerdasan Musik
Adalah
kemampuan untuk merasakan, mengubah, membedakan, mengekspresikan bentuk-bentuk
musik dan suara. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, nada, melodi
dan timbre (warna nada dalam sepotong musik). Serta meliputi kemampuan memainkan
alat musik, menyanyi, menciptakan lagu, dan menikmami lagu, melodi, dan
nyayian.
Karakteristik
dari anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·
Mendengarkan dan merespons dengan
ketertarikan terhadap berbagai bunyi termasuk suara manusia, suara-suara dari
lingkuangan alam sekItar dan muik, serta mengorganisasi beberapa jenis suara ke
dalam pola yang bermakna.
·
Menikmati dan mencari kesempatan untuk
mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar
·
Berhasrat untuk selalu ada di sekitar
dan belajar dari pemusik
·
Merespons musik secara kinestetis dengan
cara memimpin/ konduktor, memainkan, menciptakan, atau berdansa, secara
emosional melaui respon terhadap suasana hati dan tempo musik
·
Menganalisis estetika musik dengan
mengevaluasi dan menggali isi dan arti musik
·
Mengenali dan mendiskusikan berbagai
gaya musik, aliran dan variasi budaya yang berbeda, menunjukkan ketertarikan
terhadao aturan dalam musik dan meneruskan dengan memainkannya dalam kehidupan
manusia
·
Mengoleksi musik dan informasi tentang
musik dalam berbagai bentuk
·
Memainkan jenis atau
beberapa alat musik dan dengan cepat menguasai teknik penggunaan alat musik
yang baru dipelajari
f.
Kecerdasan Interpersonal
Adalah
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi,
watak, tempramen orang lain. Kecerdasan ini mencapkup kepekaan terhadap
eks[resi wajah, suara, dan gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai
isyarat interpersinal, dan kemampuan untuk merespon secara efektif
isyarat-isyarat tersebut dalam beberapa cara pragmatis (misalnya, untuk
mempengaruhi sekolompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu
tindakan). Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan
menjalin relasi, kominikasi dengan berbagai orang, kemampuan membentuk dan
menjaga hubungan, serta mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu
kelompok. Anak yang memiliki kecerdasan ini akam mudah dalam bergaul, berkerja
sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain serta mudah
berempati dengan orang lain.
Karakteristik
yang anak yang memiliki kecerdasan ini sbagai berikut:
·
Membentuk dan menjaga hubungan sosial
·
Mengetahui dan menggunakan cara-cara
yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain
·
Merasakan perasaan, pikiran, motivasi,
tingkah laku dan gaya hidup orang lain.
·
Berpetisipasi dalam kegiatan kolaboratif
dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksankan oleh bawahan sampai pimpinan
dalam suatu usaha bersama
·
Mempengaruhi pendapat dan perbuatan
orang lain
·
Kepekaan merencanakan dan merespons
secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginran orang lain
·
Memahami dan berkomunikasi secara
efektif baik dengan cara verbal maupun non verbal.
·
Berkaitan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial tinggi negosiasi, bekerja sama,
berempati tinggi.
·
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan kelompok yang berbeda dengan umpan balik dari orang lain
·
Menerima prespektif yang bermacam-macam
dalam masalah sosial dan politik
·
Mempelajari keterampilan yang
berhubungan dengan penengah sengketa , berhubungan dengan menorganisasikan
orang untuk bekerja sama dengan orang dari berbagai latar belakang dan usia.
·
Tertarik pada pekerjaan sosial,
konseling, manajemen atau politik
·
Membentuk proses sosial atau model yang
baru
g.
Kecerdasan Intrapersonal
Adalah
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan
untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri sendiri.
Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri, kesadaran
terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan,
serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri dan harga diri.
Pemikil kecerdasan ini menggunakan pengetahuan tentang dirinya untuk
merencanakan, merencanakan dan mengarahkan kehidupan. Anak yang memiliki
kecerdasan ini dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat
tenang serta mudah berkonsentrasi dan lebih suka bekerja sendiri.
Karakteristik
anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·
Sadar akan wilayah emosi dan kemampuan
membedakan emosi
·
Memahami perasaan sendiri, pengetahuan
tentang pengalaman diri sendiri termasuk kekuatan dan kelemahan diri
·
Menemukan cara-cara dan jalam keluar
untuk mengekspresikan perasaan dan pemikirannya.
·
Mengembangkan model diri yang akurat
·
Termotivasi untuk mengidentifikasi dan
memperjuangkan tujuannya
·
Membangun dan hidup
dengan suatu sistem nilai etika (agama)
·
Bekerja mandiri
·
Penasaan tentang makna kehidupan, dan
relevansi tujuan kehidupan
·
Berusaha mencari dan memahami pengalaman
batinnya sendiri, kemampua intuitif, sensitif terhadap nilai.
·
Mendapatkan wawasan dalam kompleksitas
diri dan eksistensi sebagai manusia
·
Berusaha mengaktualisasikan diri
·
Memberdayakan orang lain dalam upaya
memiliki tanggug jawab kemanusiaan
h.
Kecerdasan Naturalis
Adalah
kemampuan untuk mengerti tentang flora dan fauna dengan baik, dapat membuat
distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk konsenkuensial
lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan menikmati alam dan
menggunakan kemampuan secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangan
pengetahuan alam.
Karakteristik
anak yang memiliki kecerdasan ini sebagai berikut:
·
Kesaaran untuk menjaga kelestarian
lingkungan dari kerusakan lingkungan dan keterseimbangan ekosistem
·
Kemampuan meneliti gejala-gejala alam,
mengklasifikasi penyebab gejala-gejala alam
·
Keahlian membedakan anggota-anggota
spesies, mengenali eksistensi spesies lain dan memetapkan hubungan antara
beberapa spesies baik secara formal maupun non formal
·
Keahlian mengenali dan mengategorikan
spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar
·
Termotivasi dalam melakukkan riset untuk
menghasilkan natural prodact
sebagai penganti obat-obatan dan bahan sintetis
·
Menunjukkan kesenangan terhadap dunia
hewan dan tumbuhan
i.
Kecerdasan Eksistensi
Adalah
kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dengan memperhatikan capaian-capaian
terjauh dalam kosmos (yang tak terbatas dan sangat tak terukur).21 Kecerdasan
ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab
persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Kecerdasan ini
sering disebut dengan kecerdasan spiritual. Sifat kecerdasan ini selalu memcari
koneksi antarkebutuhan untuk belajar dengan kemampuan dan menciptakan kecasadaran
akan kehidupan setelah kematian.
Kesembilan
kercerdasan tersebut tidak semata-mata diklasifikasikan tanpa adanya dasar yang
jelas melainkan memalui proses telaah yang panjang. pengklasifikasian
kesembilan kecerdasan tersebut didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
sehingga dapat disebut dengan kecerdasan bukan hanya bakat, kemampuan, atau
keterampilan semata. Dasar teoritis yang digunakan dalam mengeklasifikasian
kecerdasan adalah sebagai berikut:
a. Isolasi Potensi oleh kerusakan otak
b. Keberadaan orang-orang
yang berbakat, genius, dan individu yang luar biasa lainnya.
c. Sejarah perkembangan
yang khas dan serangkaian prestasi (perfomance) yang memenuhi persyaratan untuk
disebut sebagai ahli, yang dapat didefinisikan dengan baik.
d. Sebuah sejarah evolusi dan kemasukakalan evolusi
e.Dukungan
dari temuan-temuan psikometrik
f. Duungan dari tugas-tugas psikologi yang bersifat
eksperimental
g. Sebuah operasi inti yang dapat diidentifikasi
atau serangkaian operasi
h. Keperkaan dan
kerentanan terhadap pengkodean dalam sebuah sistem simbol
Terlepas
dari pengertian berbagai macam kecerdasan dalam MI dan dasardasar teroritis
dari konsep kecerdasan multiple yang perlu diingat adalah setiap anak memiliki
kesemuan kecerdasan tersebut namun tiap-tiap anak memiliki porsi yang berbeda
pada tiap-tiap kecerdasan sehingga muncullah beberapa anak yang menonjol pada
salah satu kecerdasan tertentu.23 Kategorisasi kecerdasan digunakan untuk
membantu dalam bentuk representasi mental.
2.
Multiple Intelligences dalam
Dunia Pendidikan
Pada
mulanya MI adalah pembahasan dalam dunia psikologi yang kemudian ditarik
keranah edukasi, sebab tidak dapat dipungkuri bahwa dunia pendidikan tidak
dapat lepas dari pembahasan-pembahasan psikologi terutama dalam upaya mengenal
peserta didik baik dari segi usia maupun kemampuan atau kecerdasan yang
dimiliki. Gardner menyebutkan penerapan MI dalam pendidikan lebih tepat disebut
sebagai strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang pelajaran.
Teori
multiple intelligences telah digunakan dan dikembangankan dalam sistem
pendidikan di Amerika Serikat, dan memberikan banyak pengaruh pada perkembangan
sistem pendidikan di negara tersebut. Pada bagian ini akan dijelasakan tentang
pengaruh teori MI dalam pendidikan diantaranya meliputi kurikulum,
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
a.
Kurikulum
Penggunaan
teori MI akan mempengaruhi penyusunan kurikulum, pengaruh yang menonjol yakni
pada pemilihan materi pelajaran lewat topik-topik atau tematik. Model penggunaan
tamatik ini akan memungkinkan digunakannya pendekatan interdisipliner dilihat
dari berbagai sudut. Misalnya dalam topik thaharoh: dapat didekati lewat
pendekatan biologis, ekonomis, lingkungan, fisis, kimia, dll. dengan demikian
materi yang dipelajari akan lebih bervariasi dan mencakup semua intelegensi
yang ada.
b.
Pembelajaran Multiple
Intelligences (MI)
Penerapan
teori MI dalam pendidikan telah banyak memberikan pengaruh dalam proses
berlajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Gardner menemukan banyak
siswa yang kecewa atau kurang paus dengan cara mengajar guru mereka di sekolah,
rasa kecewa dan tidak puas tersebut salah satunya disebabkan oleh guru
seringkali monoton dalam mengajar sebab ia mengajar hanya menggunakan satu
model yakni yang sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya saja, padahal siswa
memiliki kecerdasan beragam dan berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh
sebab itu sebagai guru yang ingin melejidkan kemapuan siswanya dengan
memperhatikan teori MI, setidaknya harus memperhatikan hal berikut:
1)
Guru perlu mengerti inteligensi siswa-siswa mereka.
2)
Guru perlu mengembangkan model mengajar dengan berbagai inteligensi, bukan
hanya dengan inteligensi yang menonjol pada dirinya.
3)
Guru perlu mengajar sesuai dengan inteligensi siswa, bukan dengan
intelligensi
dirinya sendiri yang tidak cocok inteligensi siswa.
4)
Dalam mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang
cocok dengan inteligensi ganda.29
Munif
Chatib menyebut pembelajaran menuggunakan teori MI dengan strategi pembelajaran
MI. Strategi pembelajaran MI adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian
aktifitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah
ditentukan. Inti dari strategi pembelajaran MI adalah bagaimana guru mengemas
gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Penggunaan
strategi pembelajaran MI dimaksudkan agar terjadi kesesuaian antara gaya
mengajar guru dengan gaya belajar siswa sehingga terciptalah pembelajaran yang
tidak lagi monoton yang mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terus belajar
dan memberikan kemudahan dalam menangkap materi yang disampaikan guru.
Penggunaan istilah strategi pembelajaran dalam penerapan MI dimaksudkan untuk
memcakup perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembalajaran.
Langkah
awal dalam penerapan stategi pembelajaran MI adalah menyusun rencana
pembelajaran (RPP) atau lesson plan. Penyusunan lesson plan sama halnya dengan
menyusun RPP pada umumnya. Namun dalam strategi pembelajaran MI lesson plan
yang dibuat hendaknya lebih kreatif, makna kreatif disini adalah kevariatifan
dalam metode pembelajaran yang digunakan dan tentunya disesuaikan berbagai
macam kecerdasan yang ada. Dalam lesson plan hendaknya dapat membawa siswa
untuk belajar aktif, dapat memberikan pengalaman nyata yang tidak mudah terlupakan,
terkait dengan pemecahan masalah nyata dalam kehidupan, menyenangkan, dan
manfaatnya dapat dirasakan langsung.
Penggunaan
teori MI dalam pendidikan tidak hanya berdampak pada pengajaran saja yang
bervariatif tetapi juga pada pengaturan kelas. Kelas dapat dibuat lebih
fleksibel sehingga akan memudahkan guru dan siswa dalam menggukan beragam
metode pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya dilaksanan di ruang kelas
tertutup, tetapi dapat dilaksanakan di berbagai tempat di sekitar sekolah
sesuai dengan materi yang dipelajari. Selain itu guru juga dapat mendesain kelas
dengan gambar-gambar yang bervariatif sehingga ruang kelas menjadi lebih nyaman
dan menyenangkan.
c. Evaluasi
Pembelajaran
Dengan
sistem pembelajaran dan juga pendekakan yang variatif maka dalam melakukan
evaluasi harus berfaruasi pula, mengingat satu macam evaluasi saja tidak cukup
dalam menilai keberhasilan siswa dalam belajar. Evaluasi yang dipandang cocok
dengan model pembelajaran MI adalah dengan melihat perfoma siswa dalam situasi
yang real, sehingga evaluasi yang dilakukan akan lebih autentik dan menyeluruh.
Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan evaluasi
sehingga menjadi autentik dan menyeluruh, diantantaranya sebagai berikut:
1)
Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukkan prestasinya berkaitan dengan
setiap intelligensi yang digunakan
2)
Guru dapat mengumpulkan semua dookumen yang dihasilkan siswa selama proses
pembelajaran (portofolio) seperti tes formal, informal, lisan, foto, pekerjaan,
jurnal yang ditulis, hasil interview, pengamatan selama pembalajaran, dan
sebagainya.
3)
Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja proyek bersama teman-teman.
4)
Membuat tes yang bervariasi.
B.
Poin-poin Kunci dalam Teori MI
Menurut
teori multiple intelligences, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Setiap
orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin
berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya
rata-ratadan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
2) Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan
sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; Kecerdasan dapat distimulasi,
dikembangkan sampai batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan
pengajaran.
3) Kecerdasan-kecerdasan
umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas
sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkain : menendang bola
(kinestetik), orientasi diri di lapangan (spasial), mengajukan protes ke wasit
(linguistik dan interpersonal).
4) Ada
banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori Seseorang yang cerdas
linguistik mungkin tidak pandai menulis, tetapi pandai bercerita dan berbicara
secara memukau.
C.
Impilikasi MI dalam Pendidikan
Dengan
berkembangnya konsep multiple intelligences dan dengan diterimanya teori
tersebut dalam dunia pendidikan, maka mau tidak mau pendidik perlu membantu
tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program
yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis kecerdasan mereka. Tugas ini
menjadi sedemikian penting mengingat perkembangan dan perwujudan semua jenis
kecerdasan tersebut esensial bagi anak dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan, dan memperoleh kehidupan itu
sendiri.
Dalam
konsep MI, perbedaan individual peserta didik diterima dan dilayani dengan
suatu keyakinan berpijak sebagaimana dinyatakan Howard Gardner bahwa “ kita semua begitu
berbeda karena pada hakikatnya kita memiliki kombinasi inteligensi yang
berbeda. Jika kita sadari
hal ini, setidaknya kita lebih berpeluang untuk mampu mengatasi secara
tepat berbagai problem yang kita
hadapi dalam hidup di dunia.” Aplikasi MI dalam pendidikan
akan menyebabkan pendidik lebih arif dan mampu menghargai serta memfasilitasi
perkembangan anak.
KESIMPULAN
Teori Multiple Intelligences muncul sebagai bentuk
krtitik terhadap teori IQ yang membatasi kecerdasan hanya pada kecerdasan
Logis-Matematis dan Linguistik saja. Sementara dalam teori MI terdapat sembilan
kecerdasan manusia yakni: a) Kecerdasan Liguistic, (b) Kecerdasan Logis-Matematic,
(c) Kecerdasan Visual-Spasial, (d) Kecerdasan Kinestetik, (e)
Kecerdasan Musik, (f) Kecerdasan Intrepersonal, (g) Kecerdasan Intrapersonal,
(h) Kecerdasan Naturalis, (i) Kecerdasan Eksistensialis.
Teori ini menyadari betul bahawa setiap anak yang
lahir ke dunia memiliki
keuniakan
tersendiri yang berhak mendapatkan pengakuan dan di apresiasi dalam
kehidupan
utamannya dalam pendidikan. Sebab pendidikan merupakan wadah bagi siswa untuk
membentuk dan mengembangkan potensi untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin di bumi dan membawa rahmad bagi seluruh alam ini.
Pembelajaan berbasis Multiple Intelligences
merupakan dalah satu bentuk inovasi pembelajaran yang dapat menjadi pilihan
bagi guru Pemdiikan Agama Islam di Indonesia. Mengimplementasikan pembelajaran
berbasis Multiple Intellegences berarti menggunakan pendekatan
interdisipliner dalam mengembangkan materi pembelajaran, menggunakan multimodel
pembelajaran, dan menggunakan penilaian autentik dalam evaluasi pembelajarannya.
Hal ini dimaksudkan untuk mewadahi kebaragaman kecerdasan yang dimiliki oleh
siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Pidarta,
Made. 1997. Landasan Kependidikan Cetakan Pertama. Jakarta: RINEKA CIPTA
Mawardiyanti, Indri. 2014. ”Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Berbasis Multiple Intelligences”.
Dalam
https://bersamafai.files.wordpress.com/.../makalah-metode- pembelajaran-berbasis-multiple-intelligence.pdf. Di akses
tanggal 16 September 2016.
Musfiroh,
Tadkiratun. 2015. ”MULTIPLE INTELLIGENCES dan Implikasinya dalam
Pendidikan”.
Dalam digilib.uinsby.ac.id/9862/3/bab1-5.pdf. Di akses pada tanggal 16 September 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar