Kamis, 20 Oktober 2016

Salah Kaprah Dalam Islam



SALAH KAPRAH DALAM ISLAM
(Jihad dalam Kehidupan Sehari-hari)
Oleh : Kang Aswan

          Dewasa ini banyak kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan dan kebanyakan pelaku mengatas namakan Islam.Maka opini masyarakatpun berkembang yang kemudian diikuti dengan sentimen negativ pada simbol-smbol agama Islam, dari tinggkat personal, hingga sistematik kenegaraan.Seiring waktu yang terus berjalan stigma yang terbentuk mulai negativ dan membabi buta.begitu banyak fenomena yang muncul, makin banyak pula opini yang berkembang dan ini menjadi amunisi yang cukup efektif bagi mereka yang sejak awal sudah antipati dengan islam. Sedangkan orang Islam sendiri masih sibuk mengarahkan amunisi ke saudaranya sendiri. Sungguh ironis, padahal Rosulullah telah memperingatkan hal ini, dari Jabir bin Abdullah Al-Bajali RA., Nabi SAW berkata kepadanya ketika haji wada’ (haji penghabisan), “suruh tenanglah orang banyak itu!”. Kemudian beliau bersabda, “janganlah kamu kafir kembali sesudahku, dimana sebagian kamu memenggal leher yang lain”. (HR. Bukhari). Dan setan pun tertawa puas penuh bahagia.Namun, kekerasan yang mengatasnamakan Islam masih berlanjut.Ini sangat berbahaya kalau tidak cepat ditangani.Kita tau bahwa pemuda adalah manusia yang masih labil, labil dalam pemikiran.Kalau isu-isu ini tetap dibiarkan maka pandangan masyrakat dan pemuda terhadap Islam sangatlah jelek. Maka dari itu tulisan ini hadir untuk memberikan penjelasan tentang apa itu jihad dan apakah bisa jika jihad itu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari?.
          Berbicara tentang jihad kebanyakan orang hanya mengartikan jihad sebagai peperangan, teroris, bom bunuh diri dll.Itulah yang dinamakan salah kaprah dalam Islam, jihad tidak semata-mata peperangan secara fisik dan jihad juga bukan terorisme.Islam tidak pernah mengajarkan hal-hal lebay termasuk terror dan kebiadaban.Diriwayatkan dari Ibnu Abas, bahwa Rosulullah bersabda, “janganlah kamu sekalian melakukan tindakan berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang telah menghancurkan umat sebelum kamu adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama”. Allah juga berfirman dalam Qur’an surat Hud ayat 112, yang artinya, “dan tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang-orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas”. Ini semua peringatan agar kita tidak lebay bukan?Termasuk dalam hal jihad. Nah, kalau jihad itu bukan peperangan dan terorisme lalu apa itu jihad?.
          Secara etimologi jihad adalah berarti mencurahan usaha (badz al-juhd) kemampuan dan tenaga.Kalau dari sisi bahasa berarti menanggung kesulitan.Lhoh, bukannya jihad itu berarti peperangan untuk membela agama atau bangsa?Perang kemerdekaan misalnya. Banar, tapi mungkin apa yang kita pahami selama ini adalah arti jihad yang dipersempit sebatas pada kata peperangan padahal jihad memiliki makna yang lebih luas dari peperangan. Hasan Al-Bana menyebutkan bahwa jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat,tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas keburukan dan tertinggi berupa perang di jalan Allah. Ibnu Mandzur, dalam Lisan Al-Arab menuliskan, bahwa jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang sesuai kemampuan. Yusuf Qardhawi menuliskan dalam Fiqih Jihad, setiap perang dengan niat yang benar adalah jihad, namun tidak setiap jihad adalah perang. Ibnu Taimiyah dalam Mathalib Uli Al-Nuha, menjelaskan jihad dengan penjabaran berikut: jihad dengan hati, misalnya istiqomah untuk berjihad dan mengajak pada syari’at Islam, jihad dengan argumentasi memberikan argumentasi kepada yang bathil, jihad dengan penjelasan menjelaskan kebenaran menghilangkan ketidakjelasan dan memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk umat islam, dan tubuh misalnya peperangan.
           Allahu Akbar. Berarti, intinya, makna jihad itu luas, tidak selalu berkonotasi pada peperangan fisik, perang dar-der-dor. Betul karena perang fisik itu merupakan salah satu cara untuk berjihad, salah satu cara menegakkan kalimat Allah. Jadi, yang harus selalu diingat tentang jihad adalah bahwa tujuan utama jihad itu untuk menegakkan kalimat Allah, bukanlah untuk berperang atau membuat medan peperangan, sedangakan perang itu sendiri adalah salah satu cara yang digunakan dalam berjihad. Nah, para kawan-kawan pemuda pemudi sekalian sudah jelaskan bahwa jihad itu bukanlah hanya sebatas peperangan dan terorime bukanlah jihad. Itu tadi penjelasan mengenai apa itu jihad dan sekarang pertanyaanya adalah apakah jihad bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari?.
          Oke, mari kita berkeliling sejenak. Indonesia, secara angka merupakan Negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia.Ribuan masjid bertebaran, bersahutan ketika adzan berkumandang.Namun, maksiat dan godaan syahwat seakan menemukan sarangnya, pornografi menjadi menu sehari-hari, kekerasan seakan menjadi permakluman, tindakan asusila menjadi hal yang umum, narkoba menjadi hal yang biasa dan hampir mayoritas generasi terjebak dalam imajinasi yang melenakan.Korupsi pun menggerogoti setiap sendi, menjadi candu bagi maling-maling yang sangat “ngilani”.Menyamar di balik tampilan klimis dan nicis, berbungkus seragam rapi dan dasi bahkan berhias peci.Dilain sisi, kemiskinan seakan menjadi asset yang dipertahankan.Orang lapar menjadi tontonan dan diperdagangkan, jarak si kaya dan si miskin pun makin melebar.Kita sebagai generasi muda harus bergerak membuat perubahan. Hal-hal seperti itu yang harus kita hilangkan!. Karena kondisi yang kita hadapi sekarang ini, seperti apa yang telah digambarkan Rasulullah dalam sebuah hadist berikut : “hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan menggerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat berkata : “apakah karena sedikitnya kami ketika itu ?”, Nabi berkata : “bahkan, pada saat itu kalian bagai ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir), pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakan kepada kalian rasa wahn”. Kata para sahabat : “wahai Rosulullah, apa wahn itu?”. Beliau bersabda: “cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Daud, Ahmad). Kita harus menggunakan cara yang akan mengguncang dan melibas mereka hingga ke setiap sendi-sendi, menteror mimpi-mimpi dan menggetarkan hati mereka. Yaitu dengan menanamkan niat jihad dalam setiap pikiran, pada setiap detail tindakan, tiap detik, tiap menit, sejak mata terbangun hingga terlelap dengan cara apapun yang kita mampu yang kita bisa.
          Cara yang pertama kita bisa mulai dengan berjuang memakmurkan masjid.Bukan memakmurkannya dengan mempermewah tampilan bangunan, tapi dengan tidak membiarkannya dalam keadaan sepi atau kosong.Dari sini, kita belajar merapatkan barisan.Yang kedua, menjadikan masjid sebagai basis ekonomi. Kalau kita amati, inilah yang sering kita temui ketika khutbah dimulai, seperti film lama yang diputar berulangkali, “saldo kas masjid minggu lalu adalah  sebesar Rp. 41.675.000, dari kotak amal terkumpul Rp. 3.274.000, bla bla bla”. Kalau kita bertanya pada para jamaah seusai sholat jum’at kemungkinan besar mereka sudah lupa atau bahkan tidak tau dengan besaran saldo yang disampaikan. Memang dari informasi ini kita bisa jadi tau jumlah dana yang ada setiap minggu, berapa yang diperlukan untuk perawatan rutin masjid, dan berapa sisanya yang mengendap pasif di bank, menunggu momen-momen tertentu, cat ulang dinding misalnya. Dana yang mengendap, padahal dana ini adalah salah satu modal yang sangat potensial dalam berjihad, jihad secara ekonomi untuk memerangi kemiskinan. Betul, sungguh sayang dana yang ada dibiarkan merana menunggu bunga atau riba. Mungkin akan lebih bermanfaat, bila sebagian dana yang mengendap itu dipinjamkan sebagai modal usaha, kepada mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi, namun berkemauan kuat untuk bekerja keras dan maju. Dengan sistem yang benar-benar sesuai ajaran Islam, tanpa tekanan.Pinjamkan 2 ekor kambing, batas waktunya ketika memang sudah benar-benar bisa membayar. Lalu kambing tadi dipinjamkan lagi dengan niat dan sistem yang sama, begitu seterusnya lagi dan lagi. Selain mengatasi masalah ekonomi, juga membuka kemungkinan mengatasi masalah sosial. Insya Allah, dengan metode seperti itu pengantar khutbah jum’at tidak lagi seperti film lama yang membosankan, “perawatan rutin sebesar Rp. 195.000, lalu pengeluaran untuk program modal usaha, dipinjamkan 4 pasang kambing kepada 4 warga dengan nominal Rp. 14.400.000, dan setelah sholat jum’at, para jamaah dimohon jangan pulang dahulu, untuk menikmati jamuan sate dan kambing guling gratis sebagai ungkapan rasa syukur dibukannya sebuah cabang depot sate kambing, mitra usaha binaan masjid ini, bla bla bla” seperti itulah mungkin yang disampaikan oleh takmir masjid setelah metode tadi mulai digunakan. Tidak hanya masjid yang dimakmurkan, umat islam pun juga ikut merasakan kemakmuran. Dan yang ketiga adalah berjuang dalam medan pemikiran dan kebuayaan. Sudah menjadi sebuah keniscayaan, bahwa saat ini media hiburan, informasi dan telekomunikasi menjadi alat propaganda yang efektif untuk melucuti ajaran Islam secara perlahan.Coba berhatikan anak-anak kecil jaman sekarang setiap pagi mendapat asupan nutrisi kekerasan. Ketika chanel televise diputar, inilah tayangan yang menghiasi hari-hari setiap keluarga di negeri ini, hedonism, celaan dan masih jarang ada tayangan televis yang menginformasikan hal-hal tentang minuman keras, bahaya narkoba dll. Sungguh miris, padahal menurut kabar, negeri ini adalah Negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, semoga hal ini tidak menjadi mitos di kemudian hari. Sementara itu, generasi muda, generasi produktif kita, dibanjiri dengan teori-teori pemikiran yang terbukti gagal membawa perbaikan idiom “gemar melahap buku berat” seakan lebih membanggakan daripada membaca Qur’an atau hadist. Diperlukan metoe-metode baru sebagai jembatan untuk berperang dalam medan ini. Dunia sinema misalnya, bila mereka yang selama ini antipasti terhadap nilai Islam, bisa dan selalu memborbardir pikiran manusia dengan propaganda film, maka sudah seharusnya bila umat muslim juga bisa menggunakan media ini untuk menegakkan dan menyebarkan keyakinannya. Diimbangi pula dengan peran bapak-bapak atau ibu-ibu yang bertugas pada lrmbaga yang berwenang untuk bersungguh-sungguh, menola segala bentuk tampilan yang memang hanya menghamba pada uang, tanpa memperdulikan berapa banyak nurani dan nalar yang terbuang.
          Nah berarti, saat ini PR kita sangatlah banyak, melakukan perbaikan dalam segala hal, luar maupun dalam.Amar Ma’ruf Nahi Munkar secara sungguh-sungguh dan menyeluruh, sembari meniatkan jihad dalam setiap detail kehidupan, berserah diri dan ikhlas pada kehendak Allah. Sehingga umat muslim tidak lagi terjebak dalam gelap dan dimanfaatkan oleh mereka yang benci dengan Islam untuk meng-identifikasi kan Islam dalam kegelapan kegagal pahaman yang merasa bisa menggambarkan bentuk secara keseluruhan hanya dengan meraba sebagian permukaan. Sudah dulu ya, sepertinya sudah saatnya bagi kita untuk merapatkan barisan dan kembali berjuang, agar cahaya Islam semakin terpancar dalam setiap pori-pori kehidupan. AAMIIN…………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar