(Jihad dalam Kehidupan
Sehari-hari)
Oleh : Kang Aswan
Dewasa ini banyak kejadian-kejadian
yang tidak menyenangkan dan kebanyakan pelaku mengatas namakan Islam.Maka opini
masyarakatpun berkembang yang kemudian diikuti dengan sentimen negativ pada
simbol-smbol agama Islam, dari tinggkat personal, hingga sistematik
kenegaraan.Seiring waktu yang terus berjalan stigma yang terbentuk mulai
negativ dan membabi buta.begitu banyak fenomena yang muncul, makin banyak pula
opini yang berkembang dan ini menjadi amunisi yang cukup efektif bagi mereka
yang sejak awal sudah antipati dengan islam. Sedangkan orang Islam sendiri
masih sibuk mengarahkan amunisi ke saudaranya sendiri. Sungguh ironis, padahal
Rosulullah telah memperingatkan hal ini, dari Jabir bin Abdullah Al-Bajali RA.,
Nabi SAW berkata kepadanya ketika haji wada’ (haji penghabisan), “suruh
tenanglah orang banyak itu!”. Kemudian beliau bersabda, “janganlah kamu kafir kembali
sesudahku, dimana sebagian kamu memenggal leher yang lain”. (HR. Bukhari). Dan setan
pun tertawa puas penuh bahagia.Namun, kekerasan yang mengatasnamakan Islam
masih berlanjut.Ini sangat berbahaya kalau tidak cepat ditangani.Kita tau bahwa
pemuda adalah manusia yang masih labil, labil dalam pemikiran.Kalau isu-isu ini
tetap dibiarkan maka pandangan masyrakat dan pemuda terhadap Islam sangatlah
jelek. Maka dari itu tulisan ini hadir untuk memberikan penjelasan tentang apa
itu jihad dan apakah bisa jika jihad itu dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari?.
Berbicara tentang jihad kebanyakan
orang hanya mengartikan jihad sebagai peperangan, teroris, bom bunuh diri
dll.Itulah yang dinamakan salah kaprah dalam Islam, jihad tidak semata-mata
peperangan secara fisik dan jihad juga bukan terorisme.Islam tidak pernah
mengajarkan hal-hal lebay termasuk terror dan kebiadaban.Diriwayatkan dari Ibnu
Abas, bahwa Rosulullah bersabda, “janganlah kamu sekalian melakukan tindakan
berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang telah menghancurkan umat
sebelum kamu adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama”. Allah juga berfirman
dalam Qur’an surat Hud ayat 112, yang artinya, “dan tetaplah kamu pada jalan
yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan orang-orang yang telah taubat
beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas”. Ini semua peringatan agar
kita tidak lebay bukan?Termasuk dalam hal jihad. Nah, kalau jihad itu bukan
peperangan dan terorisme lalu apa itu jihad?.
Secara etimologi jihad adalah berarti
mencurahan usaha (badz al-juhd) kemampuan dan tenaga.Kalau dari sisi bahasa
berarti menanggung kesulitan.Lhoh, bukannya jihad itu berarti peperangan untuk
membela agama atau bangsa?Perang kemerdekaan misalnya. Banar, tapi mungkin apa
yang kita pahami selama ini adalah arti jihad yang dipersempit sebatas pada
kata peperangan padahal jihad memiliki makna yang lebih luas dari peperangan.
Hasan Al-Bana menyebutkan bahwa jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan
hingga hari kiamat,tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas keburukan dan
tertinggi berupa perang di jalan Allah. Ibnu Mandzur, dalam Lisan Al-Arab
menuliskan, bahwa jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan
dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang sesuai
kemampuan. Yusuf Qardhawi menuliskan dalam Fiqih Jihad, setiap perang dengan
niat yang benar adalah jihad, namun tidak setiap jihad adalah perang. Ibnu
Taimiyah dalam Mathalib Uli Al-Nuha, menjelaskan jihad dengan penjabaran
berikut: jihad dengan hati, misalnya istiqomah untuk berjihad dan mengajak pada
syari’at Islam, jihad dengan argumentasi memberikan argumentasi kepada yang
bathil, jihad dengan penjelasan menjelaskan kebenaran menghilangkan
ketidakjelasan dan memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk umat islam, dan
tubuh misalnya peperangan.
Allahu Akbar. Berarti, intinya, makna jihad
itu luas, tidak selalu berkonotasi pada peperangan fisik, perang dar-der-dor.
Betul karena perang fisik itu merupakan salah satu cara untuk berjihad, salah
satu cara menegakkan kalimat Allah. Jadi, yang harus selalu diingat tentang
jihad adalah bahwa tujuan utama jihad itu untuk menegakkan kalimat Allah,
bukanlah untuk berperang atau membuat medan peperangan, sedangakan perang itu
sendiri adalah salah satu cara yang digunakan dalam berjihad. Nah, para
kawan-kawan pemuda pemudi sekalian sudah jelaskan bahwa jihad itu bukanlah
hanya sebatas peperangan dan terorime bukanlah jihad. Itu tadi penjelasan
mengenai apa itu jihad dan sekarang pertanyaanya adalah apakah jihad bisa kita
lakukan dalam kehidupan sehari-hari?.
Oke, mari kita berkeliling sejenak.
Indonesia, secara angka merupakan Negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di
dunia.Ribuan masjid bertebaran, bersahutan ketika adzan berkumandang.Namun,
maksiat dan godaan syahwat seakan menemukan sarangnya, pornografi menjadi menu
sehari-hari, kekerasan seakan menjadi permakluman, tindakan asusila menjadi hal
yang umum, narkoba menjadi hal yang biasa dan hampir mayoritas generasi
terjebak dalam imajinasi yang melenakan.Korupsi pun menggerogoti setiap sendi,
menjadi candu bagi maling-maling yang sangat “ngilani”.Menyamar di balik
tampilan klimis dan nicis, berbungkus seragam rapi dan dasi bahkan berhias
peci.Dilain sisi, kemiskinan seakan menjadi asset yang dipertahankan.Orang
lapar menjadi tontonan dan diperdagangkan, jarak si kaya dan si miskin pun
makin melebar.Kita sebagai generasi muda harus bergerak membuat perubahan.
Hal-hal seperti itu yang harus kita hilangkan!. Karena kondisi yang kita hadapi
sekarang ini, seperti apa yang telah digambarkan Rasulullah dalam sebuah hadist
berikut : “hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan menggerumuni
makanannya”. Salah seorang sahabat berkata : “apakah karena sedikitnya kami
ketika itu ?”, Nabi berkata : “bahkan, pada saat itu kalian bagai ghutsa’ (buih
kotor yang terbawa air saat banjir), pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada
di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakan kepada kalian rasa
wahn”. Kata para sahabat : “wahai Rosulullah, apa wahn itu?”. Beliau bersabda:
“cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Daud, Ahmad). Kita harus menggunakan
cara yang akan mengguncang dan melibas mereka hingga ke setiap sendi-sendi,
menteror mimpi-mimpi dan menggetarkan hati mereka. Yaitu dengan menanamkan niat
jihad dalam setiap pikiran, pada setiap detail tindakan, tiap detik, tiap
menit, sejak mata terbangun hingga terlelap dengan cara apapun yang kita mampu
yang kita bisa.
Cara yang pertama kita bisa mulai
dengan berjuang memakmurkan masjid.Bukan memakmurkannya dengan mempermewah
tampilan bangunan, tapi dengan tidak membiarkannya dalam keadaan sepi atau
kosong.Dari sini, kita belajar merapatkan barisan.Yang kedua, menjadikan masjid
sebagai basis ekonomi. Kalau kita amati, inilah yang sering kita temui ketika
khutbah dimulai, seperti film lama yang diputar berulangkali, “saldo kas masjid
minggu lalu adalah sebesar Rp.
41.675.000, dari kotak amal terkumpul Rp. 3.274.000, bla bla bla”. Kalau kita
bertanya pada para jamaah seusai sholat jum’at kemungkinan besar mereka sudah
lupa atau bahkan tidak tau dengan besaran saldo yang disampaikan. Memang dari
informasi ini kita bisa jadi tau jumlah dana yang ada setiap minggu, berapa
yang diperlukan untuk perawatan rutin masjid, dan berapa sisanya yang mengendap
pasif di bank, menunggu momen-momen tertentu, cat ulang dinding misalnya. Dana
yang mengendap, padahal dana ini adalah salah satu modal yang sangat potensial
dalam berjihad, jihad secara ekonomi untuk memerangi kemiskinan. Betul, sungguh
sayang dana yang ada dibiarkan merana menunggu bunga atau riba. Mungkin akan
lebih bermanfaat, bila sebagian dana yang mengendap itu dipinjamkan sebagai
modal usaha, kepada mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi, namun berkemauan
kuat untuk bekerja keras dan maju. Dengan sistem yang benar-benar sesuai ajaran
Islam, tanpa tekanan.Pinjamkan 2 ekor kambing, batas waktunya ketika memang
sudah benar-benar bisa membayar. Lalu kambing tadi dipinjamkan lagi dengan niat
dan sistem yang sama, begitu seterusnya lagi dan lagi. Selain mengatasi masalah
ekonomi, juga membuka kemungkinan mengatasi masalah sosial. Insya Allah, dengan
metode seperti itu pengantar khutbah jum’at tidak lagi seperti film lama yang
membosankan, “perawatan rutin sebesar Rp. 195.000, lalu pengeluaran untuk program
modal usaha, dipinjamkan 4 pasang kambing kepada 4 warga dengan nominal Rp.
14.400.000, dan setelah sholat jum’at, para jamaah dimohon jangan pulang
dahulu, untuk menikmati jamuan sate dan kambing guling gratis sebagai ungkapan
rasa syukur dibukannya sebuah cabang depot sate kambing, mitra usaha binaan
masjid ini, bla bla bla” seperti itulah mungkin yang disampaikan oleh takmir
masjid setelah metode tadi mulai digunakan. Tidak hanya masjid yang
dimakmurkan, umat islam pun juga ikut merasakan kemakmuran. Dan yang ketiga
adalah berjuang dalam medan pemikiran dan kebuayaan. Sudah menjadi sebuah
keniscayaan, bahwa saat ini media hiburan, informasi dan telekomunikasi menjadi
alat propaganda yang efektif untuk melucuti ajaran Islam secara perlahan.Coba berhatikan
anak-anak kecil jaman sekarang setiap pagi mendapat asupan nutrisi kekerasan.
Ketika chanel televise diputar, inilah tayangan yang menghiasi hari-hari setiap
keluarga di negeri ini, hedonism, celaan dan masih jarang ada tayangan televis
yang menginformasikan hal-hal tentang minuman keras, bahaya narkoba dll.
Sungguh miris, padahal menurut kabar, negeri ini adalah Negara dengan penduduk
mayoritas muslim terbesar di dunia, semoga hal ini tidak menjadi mitos di
kemudian hari. Sementara itu, generasi muda, generasi produktif kita, dibanjiri
dengan teori-teori pemikiran yang terbukti gagal membawa perbaikan idiom “gemar
melahap buku berat” seakan lebih membanggakan daripada membaca Qur’an atau
hadist. Diperlukan metoe-metode baru sebagai jembatan untuk berperang dalam
medan ini. Dunia sinema misalnya, bila mereka yang selama ini antipasti
terhadap nilai Islam, bisa dan selalu memborbardir pikiran manusia dengan
propaganda film, maka sudah seharusnya bila umat muslim juga bisa menggunakan
media ini untuk menegakkan dan menyebarkan keyakinannya. Diimbangi pula dengan
peran bapak-bapak atau ibu-ibu yang bertugas pada lrmbaga yang berwenang untuk
bersungguh-sungguh, menola segala bentuk tampilan yang memang hanya menghamba
pada uang, tanpa memperdulikan berapa banyak nurani dan nalar yang terbuang.
Nah berarti, saat ini PR kita
sangatlah banyak, melakukan perbaikan dalam segala hal, luar maupun dalam.Amar
Ma’ruf Nahi Munkar secara sungguh-sungguh dan menyeluruh, sembari meniatkan
jihad dalam setiap detail kehidupan, berserah diri dan ikhlas pada kehendak
Allah. Sehingga umat muslim tidak lagi terjebak dalam gelap dan dimanfaatkan
oleh mereka yang benci dengan Islam untuk meng-identifikasi kan Islam dalam
kegelapan kegagal pahaman yang merasa bisa menggambarkan bentuk secara
keseluruhan hanya dengan meraba sebagian permukaan. Sudah dulu ya, sepertinya
sudah saatnya bagi kita untuk merapatkan barisan dan kembali berjuang, agar
cahaya Islam semakin terpancar dalam setiap pori-pori kehidupan. AAMIIN…………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar