Kamis, 17 November 2016

Cerpen_Terorisme Bukan Jihad


"Jas, apa sih jihad itu, apakah Terorisme adalah jihad?". Tanya temen ku yang beragama Hindu. "Jihad itu baik ya?". Kembali teman ku tadi bertanya lagi.
 
Itu pertanyaan yang bagus. Kenapa? Karena dengan mereka berani bertanya seperti itu maka aku juga punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa JIHAD bukanlah TERORISME.
 
بسم الله الر حمن الر حيم
Secara etimologi, jihad berarti mencurahkan usaha (badz al-juhd), kemampuan dan tenaga. Kalau dari sisi bahasa berarti menanggung kesulitan.
Timbul pertanyaan lagi, "Lho, bukannya jihad itu berarti peperangan untuk membela agama atau bangsa? Perang kemerdekaan misalnya".
Benar, tapi mungkin apa yang kita pahami selama ini adalah arti jihad yang dipersempit sebatas pada kata peperangan. Padahal jihad memiliki makna yang lebih luas dari peperangan.
(Etimologi: cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna).
Hasan Al Banna menyebutkan bahwa jihad adalah suatu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat. Tingkat terendahnya berupa penolakan hati atas keburukan dan tertinggi berupa perang di jalan Allah SWT.
Ibnu Mandzur dalam lisan Al-Arab, menuliskan, bahwa jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu yang sesuai kemampuan.
Yusuf Qardhawi menuliskan dalam Fiqih Jihad, setiap perang dengan niat yang benar adalah jihad. Namun tidak setiap jihad adalah perang.
Ibnu Taimiyah, dalam Mathalib Uli Al-nuha, menjelaskan jihad dengan penjabaran berikut, "Jihad dengan hati, misalnya istiqomah untuk berjihad dan mengajak pada syari'at islam. Jihad dengan argumentasi (memberikan argumentasi kepada yang bathil). Penjelasan (Menjelaskan kebenaran, menghilangkan ketidak jelasan dan memberikan pemikiran yang bermanfaat untuk umat islam). Dan tubuh misalnya peperangan."
 
"Oooo, berarti, intinya makna jihad itu luas, tidak selalu berkonotasi pada perang fisik, perang dar-der-dor".
 
"Betul, karena perang fisik itu merupakan salah satu cara untuk berjihad. Salah satu cara menegakkan kalimat Allah. Jadi, yang harus selalu diingat tentang jihad adalah bahwa tujuan utama jihad adalah untuk menegakkan kalimat Allah, bukanlah untuk berperang atau membuat medan peperangan sedangkan perang itu sendiri adalah salah satu cara yang digunakan dalam berjihad".
Allahu Akbar!
Islam tidak mengajarkan kebiadaban.. Islam tidak mengajarkan terorisme. Apalagi nge-bom orang tak bersalah..
 
***
 
TERORISME BUKAN JIHAD!!!
 
Ketika melakukan aksi, pelaku bom bunuh diri yang mengatas namakan jihad. Memilih target dan meledakkan diri dilokasi yang lebih banyak dikunjungi masyarakat sipil. Lalu bom meledak, korban pun berjatuhan media masa gencar memberitakan maka menjadi amunisi yang ampuh untuk menjatuhkan islam.
 
"Tuh, mending jadi orang kayak bapak. Gak sholat, gak ngaji, tapi ayah gak mencelakai orang lain. Gak aneh-aneh". Kata orang-orang yang anti dengan islam.
 
Terjadi percakapan pak ustadz dengan teroris.
 
"Jadi, tujuan bom bunuh diri untuk menegakkan agama islam, jelas gugur. Karena malah berbalik menjadi amunisi yang cukup efektif untuk merobohkan nilai islam". Kata pak ustadz.
 "Emmm, iya juga sih". Kata teroris. "Tapi, tapi target kami kan orang-orang Amerika dan sekutunya! Kaum Zionis!". Teroris ngeles.
"Tapi lihat imbasnya". Kata pak ustadz. "Mereka memanfaatkan motif isu ini untuk meng-agresi negara-negara berpenduduk islam. Atau jangan-jangan sampeyan antek mereka?". Tanya pak ustadz pada teroris.
"Enak saja". Jawab teroris nyolot.
"Kalau begitu, sampeyan siapa?". Tanya pak ustadz lagi. 
"Saya pejuang islam". Jawab teroris dengan percaya diri. 
"Pejuang islam, tapi kok gak menerapkan ajaran islam?". Tanya pak ustadz dengan ngledek. 
"He? Kok bisa?". Jawab teroris kebingungan.
"Pertama. dalam islam, bunuh diri itu HARAM BUNG!!". Kata pak ustadz dengan nada tinggi. Lalu pak ustadz melanjutkan, "Dalam Qur'an, surat An-nisa, ayat 29-30 juga jelas: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian secara batil, kecuali dengan perniagaan yang didasarkan atas suka sama suka di antara mereka. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang terhadap kalian. Siapapun yang berbuat demikian dengan melanggar hak dan berlaku dzolim, maka kami akan memasukkannya ke dalam neraka. Dan yang demikian itu sangatlah mudah bagi Allah".
Belum sempat teroris ngomong, pak ustadz kembali berkata, "Dalam sebuah hadist juga dijelaskan, " barang siapa mencekik dirinya sendiri, maka dia akan mencekiknya di neraka. Barang siapa menikam dirinya sendiri, maka dia akan menikamnya di neraka. Dan barang siapa menceburkan dirinya, maka dia akan menceburkannya di neraka" (HR. Bukhari, No. 1365)". "Sampeyan mau di neraka kena bom terus-terusan?". Tanya pak ustad dengan senyum.
"Gak mau, Naudzubillaah". Jawab teroris sambil nangis.
"Nah sudah jelaskan bahwa sesungguhnya TERORISME itu bukan JIHAD."
***
"Kalau untuk bom bunuh diri dengan mentargetkan objek militer, seperti apa yang terjadi di Palestina, bagaimana?".
"Dalam hal ini.. eee... kamu siapa?". Tanya pak ustadz.
"Hehehe, aku hanya orang awam pak ustadz". Jawabnya bapak yang bermuka preman tapi berhati malaikat.
"Oooo, baiklah kita lanjutkan. Jadi dalam hal ini masih terdapat perdebatan, ada yang memperbolehkan, ada pula yang tidak. Yusuf Qardhawi menjelaskan dalam Fiqih Jihad, bahwa bom bunuh diri yang dilakukan pejuang Palestina untuk melawan Zionis bukanlah termasuk dalam bentuk teror yang dilarang dengan alasan apapun. Dengan salah satu alasan: Israel yang berdiri dengan modal penjajahan, pendudukan, rasisme dan perampasan, secara keseluruhan adalah militer. Bahwa setiap orang yang telah melewati masa anak-anak, laki-laki maupun perempuan direkrut dalam pasukan Israel. Baik sebagai tentara reguler maupun cadangan. Dan bom bunuh diri di Palestina timbul dari kondisi negara". Penjelasan pak ustadz panjang lebar.
Adalah fakta, tentara Israel melakukan pembantaian dengan membabi buta. Adalah fakta, mayoritas dunia Internasional masih menutup mata. Adalah fakta, saudara kita di Palestina tidak memiliki senjata yang cukup handal yang membuat musuh merasa terganggu. Sehingga mereka terpaksa mengorbankan diri. Mengharapkan ridho Illahi.
"Dalam buku "Salah Kaprah dalam Memperjuangkan Islam", terdapat sebuah penjelasan dari Ibnu Khuwaiz Mindad, bahwa apabila seseorang mengetahui dan menyangka bahwa ia akan terbunuh, tetapi ia mempunyai niat yang cukup kuat untuk mengalahkan musuh atau memberikan cobaan terhadap musuh, atau memberikan kesan dan dampak yang bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin, maka hal itu diperbolehkan juga". Tambah pak ustadz.
"Islam mengatur setiap detai pola kehidupan, termasuk pula dalam kondisi peperangan. Ada aturan dan etika yang diajarkan di dalamnya. Salah satunya adalah larangan membunuh orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan". Kata pak ustadz pada teroris.
Dalam perang konvensional, target yang umum adalah kalangan militer. Namun dalam beberapa kasus bom bunuh diri, perempuan dan anak-anak tak bersalah malah jadi korban. Padahal dalam sebuah hadist dijelaskan, "Dari Ibnu Umar ra., Katanya: "Seorang perempuan didapati mati terbunuh dalam suatu peperangan di masa Rasulullah SAW. Lalu beliau melarang membunuh perempuan dan anak-anak." (HR. Bukhari, No. 1361).
"Nah, penting ini." Celetuk pak muka preman.
"Tapi, itu memang risiko sebuah perjuangan! yang penting, target utamanya bule-bule ini! mereka kafir halal dibunuh." Kata teroris masih menganggap bahwa dirinya benar.
"Sampeyan tau dari mana, kalo dia itu kafir? halal dibunuh? apa semua bule itu non muslim? diskriminatif sekali sampeyan. Gimana kalo seandainya dia orang yang sedang pingin belajar islam? atau malah ternyata dia itu memang orang islam?." Tanya pak ustadz bertubi-tubi pada teroris.
"Ya kan, fisiknya kelihatan banget. Rambutnya pirang, kulit nya putih, pasti non muslim jelaskan?." Jawab teroris masih menganggap dia itu benar.
"Ya wis, anggap lah orang bule itu bukan parang islam, lalu sampeyan dengan seenaknya ngebom dia? waaw, sungguh sayang sekali, sampeyan sepertinya tidak pernah tahu bagaimana Harumnya surga . Naudzubillaah." Kata pak ustadz dengan santai.
"Jangan main-main, yang saya lakukan ini untuk mendapatkan surga." Kata teroris dengan percaya diri.
"Betul. Bau ketiak di dunia aja asemnya minta ampun. Gimana bau ketiak busuk di neraka?." Kata ustadz menyindir.
"Maksud ustadz apa?." Tanya teroris bingung.
"Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membunuh Dzimmi (mu'ahad), ia tidak akan mencium wangi surga, padahal wanginya tercium dari jarak perjalanan 40 tahun." Pak ustadz menjelaskan.
"Dzimmi itu apa?". Tanya bapak muka preman.
"Dzimmi adalah kaum non muslim yang hidup di tengah masyarakat muslim dengan sebab perjanjian. Mereka mendapat perlindungan Allah, rasul dan masyarakat muslim. Perlindungan ini bersifat permanen. Sedang yang bersifat sementara, disebut "Musta'man", misalnya wisatawan. Salah satu hak yang dilindungi bagi kau Dzimmi adalah kebebasan berkeyakinan dan menjalankan ibadah. Dalam "Fiqih Jihad" juga dijelaskan, tidak boleh ada paksaan dan tekanan untuk memeluk islam. Dengan dasarnya adalah Al-Qur'an surat Al-baqarah, ayat 256, "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat."
"Asah! itukan hanya berlaku pada negara-negara yang benar-benar islam! masalahnya, negara kita ini hanya kulitnya saja yang islam, daging dan jeroannya benar-benar kafir laknat! lihat saja realitanya! pejabat yang harusnya melayani rakyat, malah bersujud memuja berhala syahwat. Masyarakat berendam dalam birahi maksiat! Kaum ulama tak lagi bisa dipercaya, gemar menjual ayat! apalagi yang mau disanggah!!?? negara ini adalah negara kafir!" Kata teroris marah-marah pada pak ustadz.
"Istighfar! tahan ucapan sampeyan!" Kata pak ustadz menenangkan.
"Tidak semua orang di negeri ini seburuk yang sampeyan katakan." Lanjut pak ustadz.
"Masih banyak pejabat yang amanah pada rakyat. Masih banyak orang yang ingin bermanfaat bagi umat. Begitu juga pak ustadz, lebih banyak yang suka balasan akhirat. Kadang kita senang dan dengan seenaknya mencaci maki seseorang ketika baru melihat sedikit permukaannya, tanpa meneliti lebih dalam. Tanpa sadar bahwa celaan itu bisa menjadi bumerang. Sebagimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam salah satu hadis. Dari Abu Dzar ra., Bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan dan pengkafiran, kecuali kata-kata tersebut (tuduhan tersebut) kembali kepadanya apabila temanya (yang tertuduh) itu tidak terbukti demikian."
"Ooo, baru tahu ada hadist ini." Kata teroris tanpa ada rasa bersalah.
***
Dalam beberapa aksi bom bunuh diri, tak jarang, korbannya adalah umat muslim sendiri. Saking keblingernya, orang sholat di dalam masjid pun jadi sasaran.
"Padahal, firman Allah dalam Al-Qur'an surat An-nisa, ayat 93, sudah sangat jelas, "Dan barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka terhadapnya dan mengutuknya juga menyediakan azab yang besar baginya"." Kata pak ustadz.
Gamblang banget Naudzubillaah. Berikut ini adalah sebuah hadist yang masih sangat berkaitan. Dari 'Abdullah bin 'Amru bin 'Ash ra, Katanya seorang laki-laki bertanya pada Rasulullah SAW, "Orang islam yang bagaimanakah yang paling baik?" jawab Rasulullah SAW, "Ialah orang-orang yang menjaga orang-orang islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya" (HR. Muslim, No. 33). Bencana lidah misalnya, mencela, menghina, gosip, ghibah, tebar prasangka, tenar fitnah. Sedang bencana perbuatan, mulai dari yang dianggap kecil bersifat iseng spontanitas, hingga yang bersifat serius, berskala besar dan sudah direncanakan. Dari Abu Musa ra, dari Nabi SAW, sabdanya : "Apabila kamu lewat di masjid atau di pasar, padahal kamu membawa anak panah, hendaklah kamu genggam mata panahmu dengan telapak tangan, supaya tidak melukai orang-orang muslim". (HR. Muslim, No. 2241). Dari Abu Hurairah ra. Katanya Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang menakut-nakuti saudaranya dengan mengacung-acungkan senjata, maka sesungguhnya malaikat mengutuknya sehingga dia berhenti menakut-nakuti, sekalipun saudaranya itu saudara sekandung." (HR. Muslim, No. 2242).
Islam pun mengajari nyawa semut. Dari Abu Hurairah ra., Katanya, saya dengar Rasulullah SAW bersabda: "Seekor semut menyengat salah seorang Nabi. Nabi itupun menyuruh mencari sarang semut itu lalu dibakar. Allah lalu menurunkan wahyu kepada Nabi itu: "Sesungguhnya hanya seekor semut yang menyengat engkau, dan engkau bakar salah satu umat yang bertasbih kepada Tuhan!" (HR. Bukhari, No. 1363). Jadi bagaimana mungkin islam memperbolehkan membunuh manusia-manusia yang tidak bersalah, yang derajatnya lebih tinggi dari pada semut? Sekarang sudah jelas, islam tidak mengajarkan bunuh diri. Islam melarang membunuh perempuan dan anak-anak dalam peperangan. Islam melarang membunuh orang non muslim yang tidak bersalah atau pun memaksakan keyakinan kepada mereka. Islam secara gamblang melarang untuk saling bertikai dan mencelakai sesama muslim.
"Sekarang dari poin di atas, apakah sampeyan masih beranggapan bahwa teror bom bunuh diri yang sampeyan lakukan merupakan bagian dari islam? Bagian dari jihad?" Tanya pak ustadz pada teroris.
"Mmmm. Anu, mmm enggak kayaknya ya." Jawab teroris dengan muka melas.
Dari Abu Hurairah ra., Katanya, Nabi SAW bersabda: "Demi Allah yang nyawaku dalam kuasa-Nya, kelak akan datang suatu masa di mana seorang pembunuh tidak tahu untuk apa dia membunuh, sedang korban yang tewas tidak tahu pula karena apa dia dibunuh." (HR. Muslim, No. 2469).
"Ahhhhh.. sekali bar-bar, selamanya ya tetep bar-bar." Kata seseorang yang anti sama islam.
"Gak perlu dalil untuk mengikis, lihat dari yang sudah ada saja, akan selalu tercium bau busuk kalo ada bangkai, meski ditutupi sabun wangi." Lanjutnya ngeledek.
"Kurang ajiiarrrr." Kata teroris hendak memukul orang yang anti islam tadi.
"Tahan bung!" Muka preman berusaha menahan tangan si teroris.
"Sekali di pukul dia dengan fisik, ribuan fitnah akan menusuk dengan penuh intrik, sabar bung, sabar." Muka preman menjelaskan.
"Benar, menghadapi manusia semacam ini, kita harus memerlukan ekstra kesabaran dan strategi baru." Kata pak ustadz.
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS, An-nahl: 125).
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekeliling mu." (QS, Ali imran: 159).
"Berarti, hilang sudah, kesempatan untuk berjihad?" Tanya teroris dengan kecewa.
"Eits, jangan salah. Kalau mau jihad perang, Palestina tempatnya, musuhnya jelas."
Kezaliman yang terjadi disana gamblang dan nyata. Pelor dilawan dengan pelor. Walau pada beberapa medan, baru bisa dibalas dengan batu.
"Berarti saya benar-benar tidak bisa berjihad. Uang saya tidak cukup untuk pergi ke Palestina." Kata teroris sambil mengogoh sakunya yang kosong.
"Jangan berputus asa dulu, kalo belum bisa ke Palestina, berjihadlah di negeri dulu." Celetuk muka preman.
"Yak, tul. Di sini medanya masih sangat luas." Kata pak ustadz.
"Hei. Jangan plin-plan! Katanya di sini gak boleh nge-bom?" Kata teroris dengan nada tinggi.
"Lah, emang yang mau nge-bom juga siapa? Emang jihad hanya nge-bom?" Jawab bapak muka preman.
"Ini tadi nyimak dari awal apa enggak sih? Masak penulisnya harus nulis lagi?" Kata pak ustadz.
"Jadi bagaimana mungkin orang yang mengaku islam, malah mencelakai dan menumpahkan darah saudaranya sesama muslim, dengan dalih jihad?" cerocos pak ustadz lagi.
Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: "Orang islam itu saudara orang islam, ia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkannya teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya, Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan orang islam, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Siapa yang menutup rahasia orang islam, Allah akan menutup rahasia nya di hari kiamat nanti." (HR. Bukhari, No. 1168).
Oke, mari kita berkeliling sejenak. Indonesia, secara angka merupakan negara dengan pemeluk islam terbesar. Ribuan masjid bertebaran, bersahutan ketika adzan berkumandang. Namun, maksiat dan godaan syahwat seakan menemukan sarangnya. Pornografi menjadi menu sehari-hari. Kekerasan seakan menjadi permakluman. Dan hampir mayoritas generasi terjebak dalam imajinasi yang melenakan. Korupsi pun menggrogoti setiap sendi, menjadi candu bagi maling-maling yang sangat "ngilani". Menyamar di balik tampilan klimis dan necis, berbungkus seragam rapi dan dasi, bahkan berhiaskan peci. Dilain sisi, kemiskinan seakan masih menjadi aset yang dipertahankan. Orang lapar menjadi tontonan dan diperdagangkan. Jarak si miskin dan si kaya pun makin melebar.
"Hal-hal seperti ini yang harus kita hilangkan! Ini harus kita perangi!" Kata pak ustadz dengan mengepalkan tangan.
"Ckckck, gak nyangka, ternyata ustadz bisa kejam juga." Cerocos teroris.
"Ustadz plin-plan, tempe dele, Katanya gak boleh melukai orang sembarangan?" Muka preman sebel sama pak ustadz.
"Hadehhhh, istighfar, istighfar. Entah kenapa kita sekarang menjadi kaum yang sensitif, idiom kekerasan seakan menjadi solusi dari setiap persoalan." Kata pak ustad sambil menepuk jidatnya.
"Lhoh, bukannya ustad sendiri yang barusan bilang tentang peperangan?" Tanya bapak bermuka preman.
"Gak perlu sungkan ustad, apa perlu saya ajari bikin bom?" Tawar teroris.
"Gak perlu bikin bom untuk menghadapi hal seperti ini. Beda kasus, beda strategi." Penjelasan pak ustad.
"Musuh yang kita hadapi sekarang adalah musuh yang tak kasat mata! Tak terlihat biangnya! Tapi nyata dampaknya! Merata kemana-mana!" Tambah pak ustad sambil mengepalkan tangan.
"Maksudnya apa sih? Jin? Hantu? Harry Potter?" Tanya teroris juga mengepalkan tangannya.
"Serasa jadi boy band." Kata bapak bermuka preman. Karena, ketiga tokoh tersebut mengepalkan tangan semua jadi seperti boy band.
Kondisi yang kita sekarang ini, seperti apa yang telah digambarkan Rasulullah dalam sebuah hadist berikut: "Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian bagi orang-orang yang makan mengerumuni makanannya". Salah seorang sahabat berkata: "Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?", Nabi berkata: "Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai "Ghutsa'" (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa "Wahn". Kata sahabat: "Wahai Rasulullah, apa wahn itu?". Beliau bersabda: "Cinta dunia dan takut mati". (HR. Abu Daud, Ahmad).
Metode yang dilakukan musuh islam bukan lagi dengan mengurangi kuantitas.
"Tidak maslah, mereka merasa beragama islam. Yang terpenting, perbuatan mereka jauh dari Qur'an dan hadis. Selama mereka masih menghias masjid dengan keramik terindah atau melapisinya dengan emas tetapi masih membiarkannya kosong, tak ada lagi yang perlu kita risaukan!" Kata orang yang anti dengan islam.
Tapi langsung pada metode penurunan kualitas keislaman. Atau bahkan, penghilangan pelan-pelan. Jadi untuk mengimbangi "peperangan" yang sedang terjadi, kita memang harus menggunakan cara yang lebih efektif.
"Kita harus menggunakan cara yang akan mengguncangkan dan melibas mereka hingga ke setiap sendi! Menteror mimpi-mimpi dan menggetarkan hati mereka!" Kata pak ustad
"Teror apalagi ustad? Masak bom lagi? Istighfar ustad!" Bapak muka preman takut.
"Dengerin dulu kenapa? Belajar dari halaman-halaman sebelumnya." Kata teroris.
"Yaitu dengan menanamkan niat jihad! Dalam setiap pikiran, pada setiap detail tindakan, tiap detik, tiap menit! Sejak mata terbangun hingga terlelap. Dengan cara apapun, yang kita mampu, yang kita bisa!" Penjelasan pak ustad.
                                                                             
CERITA INI ADALAH ADAPTASI DARI KOMIK VBI_DJENGGOTEN "5 PESAN DAMAI" KARYA Veby Surya Wibawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar