Senin, 21 November 2016

Surat Cinta Alisha



 
Oleh: Kang Aswan   
            
              Kepada Mohammad Amirullah

 Seorang mahasiswa dari Tuban yang lembut hatinya dan berbudi mulia.
Selamat malam Wahai Kekasih Tuhan.

Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera kepada orang-orang yang dikasihi Sang Hyang Widhi Wasa. Salam yang harumnya melebihi kasturi dan dupa harum Sri Khrisna, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat sinar mentari. Salam suci sesuci air telaga Kautsar dan sesuci Tirtha . Salam penghormatan.
Wahai orang yang dikasihi,
Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala sendu dan perasaan sesak  yang ada di dalam dada. Saat kau baca suratku ini anggaplah aku ada dihadapanmu. Saat ini aku sangat merindukanmu.
Wahai orang yang dikasihi,
Hari itu aku mengira, aku akan habis karena kertas itu jatuh. Kertas itu adalah kertas yang sangat berharga bagi temanku. Kertas itu berisi sebuah tulisan tangan temanku. Dia menitipkan tulisan itu untuk Ayahnya yang bekerja di Singaraja. Pasti itu berisi surat.
Wahai orang yang dikasihi,
Hari itu juga aku mengira akan dijadikan santapan penjual nasi goreng. Kau datang bagaikan Mikail menurunkan hujan bagi tanaman yang kekeringan. Kau datang bagaikan Sri Khrisna yang mengangkat bukit Govardana untuk melindungi rakyat Vrindavana dari kemarahan Dewa Indra.
Wahai orang yang dikasihi,
Mungkin aku tak pantas mencintaimu. Kita berbeda keyakinan. Aku hanya gadis yang sangat bodoh. Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikit pun menuliskan ini semua. Tapi rasa hormat dan cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar di dalam dada terus memaksanya dan aku tiada mampu menahannya.
Wahai orang yang dikasihi,
Apakah aku salah menulis ini semua? Segala yang saat ini menderu di dalam dada dan jiwa. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasih sayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasa cintaku pada dirimu. Aku tidak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan kata-kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosa semoga Tuhan mengampuninya. Aku sudah siap seandainya aku harus terbakar oleh panasnya api cinta yang pernah membakar Laila dan Majnun. Biarlah aku jadi Laila yang mati karena korban cintanya. Biarlah aku menjadi Rahwana yang harus terbunuh oleh pasukan Kera Putih Hanuman karena cintanya kepada Dewi Sinta. Namun aku tidak mau kau seperti Majnun. Kau orang baik, orang baik selalu disertai Tuhan.
Doakan Tuhan mengampuni diriku. Maafkan atas kelancanganku.
Selamat malam,
Yang dirundung nestapa,
Alisha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar