Jumat, 25 November 2016

RESOLUSI JIHAD RADIUS 94 KM


(Sejarah yang disembunyikan)
By : Kang Aswan
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik tolak semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk menggapai kemerdekaan dan pengakuan di dunia Internasional.
Akan tetapi, kondisi dunia Internasional masih dalam kondisi perang dunia II. Penggunaan hukum internasional hanya untuk memenuhi kepentingan negara-negara pemenangan pertempuran. Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh Belanda dan Sekutunya untuk kembali menguasai Indonesia.
Melihat kondisi dan situasi yang membahayakan kedaulatan tanah air, PBNU merapatkan barisan. KH Hasyim Asy'ari memanggil KH A. Wahab Hasbullah, KH Bisri Sayansuri, serta para kiai lainnya guna mengumpulkan para kiai se-Jawa dan Madura untuk berkumpul di Surabaya, di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), Jl. Bubutan VI/2.
Rapat darurat yang dilakukan oleh PBNU yang dipimpin oleh KH A. Wahab Hasbullah menemukan titik temu, akhirnya pada tanggal 23 Oktober 1945 KH Hasyim Asy'ari atas nama HB (hoofbestuur, pengurus besar) organisasi NU mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang kemudian dikenal dengan "RESOLUSI JIHAD". Yang mewajibkan bagi tiap-tiap orang Islam (fardlu 'ain) yang berada dalam jarak radius 94 km ( yakni jarak dimana umat Islam boleh melakukan sholat jama' dan qasr).

REFERENSI
Ghofir Jamal. 2012. Biografi Singkat Ulama Ahlussunnah Wal Jamah Pendiri dan Penggerak NU. Tuban. GP Ansor.
Ubaid Abdullah. 2015. Nasionalisme dan Islam Nusantara. Jakarta. Kompas.


Sahabat dan saudara ku IPNU, IPPNU, GP Ansor, BANSER, Fatayat NU, saudara ku dari Persatuan Pencak Silat PAGAR NUSA NU, dll. Tauakah kalian tentang sejarah ini? Mungkin jawabannya adalah sebagian dari kalian tau akan sejarah ini.
Sahabat dan saudara ku sekalian marilah kita rapat kan barisan, rapat kan sof untuk selalu menjaga persatuan NU khususnya dan NKRI umumnya.
Marilah kita hidupkan kembali tradisi-tradisi ke-NU ab. Mulai dari hal yang paling kecil hingga yang paling besar.
Teringat pernyatan dari KH As'ad Syamsul Arifin, " orang yang mau mengurusi NU dan menjadi warga nahdliyin yang baik, maka di akhirat akan bersama dengan saya."
Sahabat dan saudara ku sekalian marilah kita sejenak membacakan surat Al-fatihah kepada KH. Khalil Bangkalan, KH Hasyim Asy'ari, KH A Wahab Hasbullah, KH Bisri Syamsuri, Kiai Abbas Buntet, Kiai Satori Arjawinagun, Kiai Amin Babakan Ciwaringin Cirebon, Kiai Suja'i Indramayu, KH Ridwan, Syekh Dhofir menantu dari KH Khalil Bangkalan, KH As'ad Syamsul Arifin, KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman Wahid dan kiai-kiai yang telah berjuang dalam pendiri dan Penggerak NU. Al-Fatihah.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar