Jumat, 25 November 2016

HILANGNYA BUDAYA INTELEKTUAL DAN PERGERAKAN MAHASISWA

Gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam atau di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis di dalamnya.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia, pergerakan mahasiswa sering kali menjadi cikal bakal perjuangan nasional seperti Boedi Oetomo (1908) STOVIA, Indische Vereeninging, Indesche Partij, Indonesische Studie-Club, Algeneene Studie-Club, Sumpah Pemuda (1928), Resolusi Jihad, 3 Asrama, HMI (1947), PPMI, GMNI, GAMSOS, CGMI, KAMI, MALARI hingga gerakan mahasiswa yang paling fenomenal yaitu gerakan mahasiswa 1998 era reformasi yang menurunkan rezim Soeharto.
Lain masa lain cerita. Banyak yang berpendapat bahwa jiwa-jiwa mahasiswa yang terkenal dengan Agent of Change kini hanyalah julukan belaka. Nah, mari kita telusuri bersama apa yang menyebabkan mentalitas mahasiswa itu turun.
Melalui pengalaman pribadi saya dan pengalaman bertemu dengan "bekas" aktivis mahasiswa, kebanyakan mantan aktivis mahasiswa berpendapat bahwa kualitas mahasiswa saat ini tidak lebih baik daripada mahasiswa jaman dulu. Benarkah itu? Belum tentu benar apa yang mereka katakan. Kita tidak dapat menilai secara parsial. Namun kita harus melihat dan menganalisis secara keseluruhan berdasarkan data dan fakta.
Memang jika kita lihat dari sejarah perjuangan dan pergerakan, mahasiswa jaman dulu sangat terlihat sekali pergerakannya. Mereka berjuang dalam ranah politik dan sosial. Tapi apakah makna perjuangan mahasiswa di dipersempit sebagai perjuangan politik-sosial saja? Keliru kesannya jika mengesampingkan peran mahasiswa dalam perkembangan dalam bidang keilmuan, sains dan teknologi. Jadi mahasiswa saat ini tidak semua dapat digolongkan sebagai mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan.
Okey, itu sebagi pembelaan saya sebagai mahasiswa saat ini hehehe, saya tidak mau dicap kalau mahasiswa dulu itu kualitasnya lebih baik daripada mahasiswa saat ini.
Kembali ke pembahasan yaitu mengenai hilangnya jiwa pergerakan mahasiswa saat ini. Dari beberapa artikel yang saya baca ada beberapa penyebab hilang jiwa pergerakan mahasiswa. Pertama, lunturnya ideologi gerakan. Saat ini gerakan mahasiswa telah kehilangan ideologi sehingga stigma mahasiswa yang terjun di berbagai organisasi kampus baik intra maupun eksra sudah mengalami titik kejenuhan dan kebosanan. Hal itu mengakibatkan lunturnya rasa sensitivisme serta responsbility aktivis mahasiswa terhadap perubahan sosial, dampaknya adalah gerakan mahasiswa mengalami disorientasi.
Kedua, gerakan mahasiswa sudah tidak dianggap sebagai kekuatan besar dalam mengawal perubahan. Hal tersebut bisa kita lihat dari berbagai gerakan mahasiswa lewat berbagai aksi demonstrasi yang jarang menghasilkan perubahan yang signifikan. Suara mahasiswa sebagai manifestasi suara rakyat sudah tidak mempan dalam melakukan kritik serta kontrol terhadap kinerja pemerintah. Hal itulah yang pada akhirnya menjadikan gerakan mahasiswa menjadi semakin tumpul.
Ketiga, sudah tidak ada lagi kebanggaan menjadi seorang aktivis. Gerakan mahasiswa selalu identik dengan para aktivis kampus, namun saat ini menjadi seorang aktivis kampus bukanlah menjadi pilihan utama mahasiswa karena dianggap sebagai batu sandungan dalam meraih prestasi akademik. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika saat ini jumlah aktivis kampus semakin sedikit.
Keempat, adanya tindakan represif dari pemerintah. Sebagai langkah preventifuntuk menangkal setiap gerakan mahasiswa, saat ini pemerintah lebih memilih tindakan yang represif. Tak jarang kekerasan fisik dilakukan aparat pemerintah untuk mencegah aksi dan gerakan mahasiswa. Sehingga tidak mengherankan jika gerakan mahasiswa menjadi melemah karena adanya rasa takut akan eksistensi dan keselamatan jiwa para aktivis.
Kelima, minimnya dukungan dari masyarakat. Gerakan mahasiswa yang sering berakhir dengan kericuhan, serta seringnya mahasiswa melakukan pengrusakan terhadap berbagai fasilitas umum saat melakukan aksi-aksi demonstrasi menjadikan citra mahasiswa menjadi menurun di mata masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa semakin memudar.
Keenam, adanya politik kepentingan mahasiswa. Saat ini orientasi mahasiswa dalam melakukan gerakan bukan lagi murni berjuang demi kepentingan rakyat melainkan lebih dikarenakan adanya politikkepentingan. Hal itulah yang menjadikan pola pikir mahasiswa menjadi pragmatis, dan hanya memikirkan soal untung-rugi.
Ketujuh, ancaman universitas. Ancaman pihak universitas juga mempengaruhi pergerakan mahasiswa. Tak sedikit universitas akan menegur atau bahkan men-DO mahasiswanya jika ketauhan ikut dalam aksi-aksi pergerakan.
Kedelapan, arus globalisasi. Di zaman yang modern ini mahasiswa sangat jelas kesannya bersifat individual. Dengan adanya hp dan sebagainya membuat rasa solidaritas mahasiswa itu hilang. Cuek dengan keadaan dan kebanyakan mahasiswa hanya memikirkan diri sendiri. Pikiran setelah kuliah kerja itu juga sangat mempengaruhi mentalitas perjuangan mahasiswa.
Faktor-faktor tersebutlah yang secara umum melemahkan pergerakan mahasiswa sehingga mahasiswa saat ini terkesan tidak bisa apa-apa. Akan tetapi dari sekian banyak mahasiswa yang cuek dengan masalah-masalah di negara ini masih ada segelintir mahasiswa yang peduli akan keadaan negara ini. Melalui pergerakan-pergerakan demonstrasi, lalu menulis opini, menciptakan hal-hal yang baru (inovasion), pengabdian kepada masyarakat dan aksi-aksi yang lain.
Jujur saya sebagai mahasiswa saat ini kadang juga merasa ada yang hilang dari peran mahasiswa. Saya merasa mahasiswa saat ini lebih manja dan berkesan penakut. Saya juga termasuk hehehe.
Sahabat-sahabat mahasiswa dari sabang sampai merauke. Marilah kita hidupkan kembali masa-masa dimana kita mahasiswa bersatu pada membentuk barisan ikut serta dalam pembangunan negara tercinta ini. Genggam tangan menjalin persatuan. Apa kalian tidak malu dengan embel-embel kalian "Agent of Change" akan tetapi kalian belum sedikitpun membuat perubahan termasuk saya sendiri. Jangan takut dan jangan pernah takut. Seperti kata-kata yang pernah saya dengar waktu pertemuan dengan dekan fakultas di auditorium universitas saya. Kalau tidak salah dia mahasiswa jurusan akuntansi. Dia mengatakan. "Mahasiswa takut dengan dosen, dosen takut dengan dekan, dekan takut dengan rektor, rektor takut dengan menteri, menteri takut dengan presiden, tapi presiden takut dengan mahasiswa." Begitulah kira-kira.
Sahabat sivitas mahasiswa jika tulisan saya ada unsur SARA atau sahabat sekalian merasa ada kata yang tidak berkenan dihati, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Karena saya hanyalah mahluk yang jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Sekian dan terimakasih. Salam pergerakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar