By : Kang Aswan
Gerakan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam atau
di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan,
intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis di dalamnya.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia, pergerakan mahasiswa sering kali
menjadi cikal bakal perjuangan nasional seperti Boedi Oetomo (1908)
STOVIA, Indische Vereeninging, Indesche Partij, Indonesische
Studie-Club, Algeneene Studie-Club, Sumpah Pemuda (1928), Resolusi
Jihad, 3 Asrama, HMI (1947), PPMI, GMNI, GAMSOS, CGMI, KAMI, MALARI
hingga gerakan mahasiswa yang paling fenomenal yaitu gerakan mahasiswa
1998 era reformasi yang menurunkan rezim Soeharto.
Lain masa
lain cerita. Banyak yang berpendapat bahwa jiwa-jiwa mahasiswa yang
terkenal dengan Agent of Change kini hanyalah julukan belaka. Nah, mari
kita telusuri bersama apa yang menyebabkan mentalitas mahasiswa itu
turun.
Melalui pengalaman pribadi saya dan pengalaman bertemu
dengan "bekas" aktivis mahasiswa, kebanyakan mantan aktivis mahasiswa
berpendapat bahwa kualitas mahasiswa saat ini tidak lebih baik daripada
mahasiswa jaman dulu. Benarkah itu? Belum tentu benar apa yang mereka
katakan. Kita tidak dapat menilai secara parsial. Namun kita harus
melihat dan menganalisis secara keseluruhan berdasarkan data dan fakta.
Memang jika kita lihat dari sejarah perjuangan dan pergerakan,
mahasiswa jaman dulu sangat terlihat sekali pergerakannya. Mereka
berjuang dalam ranah politik dan sosial. Tapi apakah makna perjuangan
mahasiswa di dipersempit sebagai perjuangan politik-sosial saja? Keliru
kesannya jika mengesampingkan peran mahasiswa dalam perkembangan dalam
bidang keilmuan, sains dan teknologi. Jadi mahasiswa saat ini tidak
semua dapat digolongkan sebagai mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan.
Okey, itu sebagi pembelaan saya sebagai mahasiswa saat ini hehehe, saya
tidak mau dicap kalau mahasiswa dulu itu kualitasnya lebih baik
daripada mahasiswa saat ini.
Kembali ke pembahasan yaitu mengenai
hilangnya jiwa pergerakan mahasiswa saat ini. Dari beberapa artikel
yang saya baca ada beberapa penyebab hilang jiwa pergerakan mahasiswa.
Pertama, lunturnya ideologi gerakan. Saat ini gerakan mahasiswa telah
kehilangan ideologi sehingga stigma mahasiswa yang terjun di berbagai
organisasi kampus baik intra maupun eksra sudah mengalami titik
kejenuhan dan kebosanan. Hal itu mengakibatkan lunturnya rasa
sensitivisme serta responsbility aktivis mahasiswa terhadap perubahan
sosial, dampaknya adalah gerakan mahasiswa mengalami disorientasi.
Kedua, gerakan mahasiswa sudah tidak dianggap sebagai kekuatan besar
dalam mengawal perubahan. Hal tersebut bisa kita lihat dari berbagai
gerakan mahasiswa lewat berbagai aksi demonstrasi yang jarang
menghasilkan perubahan yang signifikan. Suara mahasiswa sebagai
manifestasi suara rakyat sudah tidak mempan dalam melakukan kritik serta
kontrol terhadap kinerja pemerintah. Hal itulah yang pada akhirnya
menjadikan gerakan mahasiswa menjadi semakin tumpul.
Ketiga,
sudah tidak ada lagi kebanggaan menjadi seorang aktivis. Gerakan
mahasiswa selalu identik dengan para aktivis kampus, namun saat ini
menjadi seorang aktivis kampus bukanlah menjadi pilihan utama mahasiswa
karena dianggap sebagai batu sandungan dalam meraih prestasi akademik.
Oleh sebab itu tidak mengherankan jika saat ini jumlah aktivis kampus
semakin sedikit.
Keempat, adanya tindakan represif dari
pemerintah. Sebagai langkah preventifuntuk menangkal setiap gerakan
mahasiswa, saat ini pemerintah lebih memilih tindakan yang represif. Tak
jarang kekerasan fisik dilakukan aparat pemerintah untuk mencegah aksi
dan gerakan mahasiswa. Sehingga tidak mengherankan jika gerakan
mahasiswa menjadi melemah karena adanya rasa takut akan eksistensi dan
keselamatan jiwa para aktivis.
Kelima, minimnya dukungan dari
masyarakat. Gerakan mahasiswa yang sering berakhir dengan kericuhan,
serta seringnya mahasiswa melakukan pengrusakan terhadap berbagai
fasilitas umum saat melakukan aksi-aksi demonstrasi menjadikan citra
mahasiswa menjadi menurun di mata masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan
kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap gerakan mahasiswa semakin
memudar.
Keenam, adanya politik kepentingan mahasiswa. Saat ini
orientasi mahasiswa dalam melakukan gerakan bukan lagi murni berjuang
demi kepentingan rakyat melainkan lebih dikarenakan adanya
politikkepentingan. Hal itulah yang menjadikan pola pikir mahasiswa
menjadi pragmatis, dan hanya memikirkan soal untung-rugi.
Ketujuh, ancaman universitas. Ancaman pihak universitas juga
mempengaruhi pergerakan mahasiswa. Tak sedikit universitas akan menegur
atau bahkan men-DO mahasiswanya jika ketauhan ikut dalam aksi-aksi
pergerakan.
Kedelapan, arus globalisasi. Di zaman yang modern ini
mahasiswa sangat jelas kesannya bersifat individual. Dengan adanya hp
dan sebagainya membuat rasa solidaritas mahasiswa itu hilang. Cuek
dengan keadaan dan kebanyakan mahasiswa hanya memikirkan diri sendiri.
Pikiran setelah kuliah kerja itu juga sangat mempengaruhi mentalitas
perjuangan mahasiswa.
Faktor-faktor tersebutlah yang secara umum
melemahkan pergerakan mahasiswa sehingga mahasiswa saat ini terkesan
tidak bisa apa-apa. Akan tetapi dari sekian banyak mahasiswa yang cuek
dengan masalah-masalah di negara ini masih ada segelintir mahasiswa yang
peduli akan keadaan negara ini. Melalui pergerakan-pergerakan
demonstrasi, lalu menulis opini, menciptakan hal-hal yang baru
(inovasion), pengabdian kepada masyarakat dan aksi-aksi yang lain.
Jujur saya sebagai mahasiswa saat ini kadang juga merasa ada yang
hilang dari peran mahasiswa. Saya merasa mahasiswa saat ini lebih manja
dan berkesan penakut. Saya juga termasuk hehehe.
Sahabat-sahabat
mahasiswa dari sabang sampai merauke. Marilah kita hidupkan kembali
masa-masa dimana kita mahasiswa bersatu pada membentuk barisan ikut
serta dalam pembangunan negara tercinta ini. Genggam tangan menjalin
persatuan. Apa kalian tidak malu dengan embel-embel kalian "Agent of
Change" akan tetapi kalian belum sedikitpun membuat perubahan termasuk
saya sendiri. Jangan takut dan jangan pernah takut. Seperti kata-kata
yang pernah saya dengar waktu pertemuan dengan dekan fakultas di
auditorium universitas saya. Kalau tidak salah dia mahasiswa jurusan
akuntansi. Dia mengatakan. "Mahasiswa takut dengan dosen, dosen takut
dengan dekan, dekan takut dengan rektor, rektor takut dengan menteri,
menteri takut dengan presiden, tapi presiden takut dengan mahasiswa."
Begitulah kira-kira.
Sahabat sivitas mahasiswa jika tulisan saya
ada unsur SARA atau sahabat sekalian merasa ada kata yang tidak berkenan
dihati, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Karena saya hanyalah mahluk
yang jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT.
Sekian dan terimakasih. Salam pergerakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar