Jumat, 25 November 2016

Surat Untuk Umat Beragama



"Surat Untuk Umat Beragama"
(Menumbuhkan sikap Pluralisme dan Toleransi)
By: Kang Aswan

Dunia. Telah berusia 18 milyar tahun. Tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang mewarnai jagad raya ini.
Kriminalitas, terorisme, pidana, politik, sara, ekonomi, sosial-budaya, agama hingga Hak Asasi Manusia (HAM) telah menjadi segelintir warna yang bisa mengubah hitam putih dunia.
Diantara hitam putih dunia, konflik antar agama masih menjadi PR besar bagi umat yang mengaku beragama atau umat yang benar-benar beragama seluruh dunia umumnya dan Indonesia khususnya.
Benar, kerukunan umat beragama di Indonesia masih menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul hingga kini masih belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso dan yang paling terbaru ini di Tanjung Balai masih menyisakan masalah. Ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan sekitarnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan masyarakat tentang toleransi patut di tinjau ulang.
Adanya perubahan di era saat ini seharusnya menjadi hal positif bagi masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi, masyarakat seharusnya lebih bisa memahami arti tentang persatuan dan kesatuan. Akan tetapi kenyataan yang terjadi malah sebaliknya. Runtuhnya Pemerintahan Orde Baru dan digantikan Era Reformasi tahun 1998 membawa dampak kebebasan yang kurang terkendali. Hal ini akan sangat berbahaya ketika terjadi di tengah-tengah bangsa yang heterogenitas cukup tinggi seperti Indonesia.
Toleransi dan pluralisme sangat penting jika disandingkan dengan umat beragama. Dua hal ini bagaikan rokok dan kopi yang sangat nikmat jika dinikmati bersamaan.
Semua agama itu sama sejatinya. Akan tetapi hanya berbeda jalan serta alurnya saja. Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik hingga Kong Hu Cu sejatinya sama. Tapi oknum-oknum yang fanatik telah mencemari keindahan beragama. Orang yang dikatakan umat beragama adalah orang yang menjalankan perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Kalau orang yang yang belum bisa menjalankan kedua hal tersebut maka mereka bukan umat beragama.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, marilah kita tingkatkan kesadaran, tingkatkan toleransi antar umat beragama. Kita semua saudara, kita semua adalah umat Tuhan, kita ibarat satu tubuh, yang satu sakit maka yang lain akan sakit.
Lihatlah Bali. Bali telah mengajarkan kita tentang indahnya toleransi. Semua agama hidup berdampingan disana. Sebelah kanan bersholat, sebelah kiri sembahyang. Disana azan, disini tri sabdiya. Disana sholawat, disini puji Tuhan.
Begitulah, hidayah Allah SWT meresap kehati melalui pengalaman dan hidup ditengah masyarakat yg sangat heterogen, bukan hanya berbeda keyakinan namun juga berbeda budaya yg dibawa dari mancanegara. Semua itu membuat ummat beragama disini atas ijin Allah SWT semakin dekat ajaran islam yg toleran, santun, bijaksana, akurat, dan tegas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar