Senin, 21 November 2016

Si Gadis Cadel


 








Kota Singaraja terang oleh sinar rembulan. Semilir angin yang bertiup di udara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat dan deru Kota Singaraja masih terasa. Diteras kos bercat kuning langsat, seorang pemuda duduk bersandar tembok menghadap ke Selatan. Hati dan jiwanya keluar dari jasad dan berkeliaran keluar membelah malam. Dia membuka mata batinnya, membayangkan wajah seorang gadis yang sedang dekat dengannya. Gadis itu "cadel".
Pemuda itu menggaruk kaki, tangan dan lehernya karena gigitan nyamuk-nyamuk nakal. Sementara pikirannya tertuju pada sebuah wajah cantik yang membuat hatinya berdesir-desir.
Dalam hati dia berkata, "Gadis itu cadel," dia tersenyum karena merasa lucu, "Seperti anak kecil," kembali di bergumam dalam hati.
Dia terlarut dalam lamunanya. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya dingin semua. Inilah pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang dekat.
Sejenak ia menunduk, "Innalillah Astaghfirullah," gemuruh hatinya.
Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikiranya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian kedekatannya dengan gadis itu hatinya terasa gundah. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,
"Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk didalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu."
Sejenak ia juga menangis terisak sangat. Ia mengingat ketika ia harus mengubur nama dan rasa cinta pertamanya bersama gadis yang telah menyayat dan memasukkannya dalam lubang kemaksiatan.
Dulu jauh. Bahkan sangat jauh. Dia pernah jatuh cinta kepada seorang gadis yang berpakaian alim. Namun, itu semua hanyalah tipuan bujuk rayu Syetan yang menyesatkan. Ia mengubur dalam-dalam kenangan itu. Sampai saat ini ia kembali merasakan jatuh cinta. Ia menangis semakin deras memohon ampun pada Yang Maha Kuasa atas kelancangannya jatuh cinta. Namun ia tak bisa menolak gejolak jiwa yang ia rasakan saat ini.
Dalam hati ia berkata, "Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Maha Tahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang mahluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawang kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk Mu," isak tangis pemuda itu mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Terutuk pada Gadis Cadel,
Dari yang dirundung nestapa,
Pemuda setengah gila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar