Jumat, 25 November 2016

GORESAN PENA MENJEMPUT SURYA SENJA


By: Kang Aswan

Senja menyapa langit Bumi Ronggolawe..
Merah menyala, malu dibalik awan..
Terdengar teriakan sang penggembala..
Mengaung-ngaung bersorak sorai..
Membentak para binatang gembala..

Pena itu tergeletak manja dibawah susunan buku-bukuku..
Ku ambil..
Ku goreskan susunan kata dalam barisan-barisan..
Spasi..
Ya, jelas..
Tak ada gunanya kalimat tanpa spasi..
Ada dialektika dalam hati..
Ada konflik dalam hati..
Ada banyak sekali penyesalan-penyesalan dalam hati..
Buat apa pacaran kalau baca buku lebih mengasyikan..
Buat apa mencintai kalau cinta sesungguhnya adalah cinta dalam ikatan halal..
Buat apa mencintai kalau cinta itu sia-sia seperti Laila dan Majnun..
Buat apa mencintai kalau cinta itu seperti Zulaikah mencintai Nabi Yusuf..
Buat apa?
Pena terus menari..
Merangkai kata yang bermakna..
Memberi sedikit hawa suci dalam jiwa..
Hamba hina..
Hamba hina..
Hamba hina..
Senja kali ini beda dengan hari-hari lalu..
Indah sekali..
Ribuan Pohon Bambu menari dibawahnya..
Sekan menggelengkan kepala berdzikir tauhid kepadaNya..
Hati ini bergetar..
Tak henti mengucap Tasbih..
Tak henti mengucap Tahmid..
Tak henti mengucap Takbir..
Senja menyapa di Langit Ronggolawe..

Tuban, 29 Juli 2016
Antara Tuban & Singaraja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar